Kamis, 29 Maret 2012

review buku "SENJATANYA ORANG ORANG LEMAH karya JAmes Scoot"


Pada abad ke 19 dan awal abad ke 20 terjadi pemberontakan petani yang ada di pulau jawa atau biasanya disebut dengan gerakan ratu adil . Gerakan ini dipelopori oleh para petani di jawa yang terhadap penguasa colonial yang membebani mereka . Hal itu tidak lain karena pemererintah hanya mengeksploitasi para petani dan buruh untukmelakukan perintah-perintah yang dikekendakinya . Hal ini yang menyulut kemarahan petani kemudian timbul gerakan-gerakan social yang ada , antara lain pencurian terhadpat orang-orang kaya yang dianggap sebagai kaki tangan para penguasa colonial . Kemduian juga melakukan pembangkangan pertanian yang dilakukan oleh para petani . Seperi mogok kerja dll . Hal itu juga terjadi di daerah bangian Malaysia yaitu Sedaka yang juga terjadi pemberontakan-pemberontakan petani namun lebih bersifat presuasif .
Kondisi social yang terkjdi di dearah Kedah  atau sekarang disebut Sedaka hampir sama dengan kehidupan petani-petani yang ada didaerah Asia tenggara lainnya yang bercorak agraris . Masyarakat sekitar yang sebgaian besar bermata pencaharian sebagai petani menggantungkan hidupnya pada sawah-sawah yang ada didaerah mereka . Mengenai masalah-maslah social seperti kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan terhadap orang yang mereka tidak sukai  seperti dalam masyarakat desa yang ada mereka juga suka menggunjing, memfitnah orang yang dianggap musuh mereka bersama , memang merupakan hal yang lumprah terjadi akibat perbedaan status social . Mereka memang cenderung tidak melakukan perlawanan secara radikal dan hanya biasanya perlawanan mereka bersifak simoblik . Pertarungan tersebut terjadi dalam konflik antar kelas yaitu si kaya dan si miskin . Perlawanan-perlawnan petani  ini merupakan pertarungan jangka panjang , antara petani dan pihak yang mencoba menyerobot pekerjaan, makanan, sewa dan bunga dari mereka. Kebanyakan bentuk pertarungan ini hampir saja menimbulkan tantangan kolektif langsung. Senjata-senjata yang mereka miliki seperti, memperlambat pekerjaan, bersifat pura-pura, pelarian diri, pura-pura memenuhi permohonan, pencurian, pura-pura tidak tahu, menjatuhkan nama baik orang, pembakaran, penyabotan dan sebagainya. Hal itu keranya efektif sebagai perlawanan terhadap penguasa yang dilakukakan oleh para petani yang tertindas . Hal yang dilakukan oleh masyarakat ketika menyindir orang kaya yang berkelakuan buruk adalah salah satunya Haji Broom yang merupakan represintatif dari orang kaya yang rakus yang juga telah melanggar ukuran-ukuran yang diterima tentang perilaku di desa itu itu.  Bahkan masyarakat desa itu mempunyai label-label atau istilah tersendiri untuk para petani kaya yang dianggap rakus itu. Haji Broom misalnya yang berarti haji sapu, yang berarti Haji yang suka menyapu bersih atau mengambil hak-hak milik orang miskin dengan jalan menjadi lintah darat. Kemarahan masyarakat setempat terhadap para Haji yang tidak mencerminkan status haji yang disandangnya, menguatkan mereka untuk menambahi label-label yang buruk di belakang status Haji mereka, antara lain Haji Broom, Haji Sangkut , Haji Merduk , Haji Karut , Haji Kedekut, Haji Bakhil dan juga menambahi nama yang buruk di belakang nama petani kaya seperti Kadir Ceti. . Semua nama-nama itu merupakan kritikan keras dari masyarakat terhadap para haji yang diharapkan seharusnya merupakan orang yang taat terhadap agama, karena salah satu tujuan utama dari ibadah haji adalah membersihkan diri dari dosa dan mempersiapkan diri untuk diadili Allah.
Pemerintah juga melakukan kekuasan untuk menghegemoni para petani , salah satunya adalah menerapkan tanaman yang harus ditanam oleh para petani . Hal in secara tidak langsung juga dilakukan oleh para petani . Namun dalam prakteknya mereka juga menyeleweng dari peraturan pemerintah seprti membiarkan tanaman yang ditanamnya dan tidak melakukan usaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan panen yang baik . Sehingga hal tersebut akan menggagu hasil produksi yang telah ditetapkan oleh pemerintah . Hal ini ytidak dilakukan secar terang-terangan supaya pemerintah sadar akan peraturannya tersebut tidak dikendaki oleh para petani . Lain dari pada itu pemrintah juga mencaplok sebagian tanah-tanah petani dan dijadikan tanah milik Negara .  Hal yang menarik dari kehidupan petani di Sedaka ini adalah tidak pernah terjadi konfrontasi terbuka, bahkan upaya-upaya pemboikotan penanaman padi dilakukan dengan sangat hati-hati, mereka. Menyampaikan pesannya lewat orang lain, akan ketidakpuasan hati mereka dan mengancam jika suatu saat mesin pemanen rusak, maka jangan harap dapat mengandalkan buruh-buruh lama untuk membantunya mngatasi kesulitan. Para penanam padi itu tetap menjaga pilihan mereka. Mereka menghindari untuk secara terus menerus menolak menanam padi, karena itu akan memancing konflik terbuka.

Konflik-konflik terasebut sering terjadi karena adanya kecemburuan social terhadap para orang yang kaya yang menguasai mereka serta secara tidak langsung mereka harus mematuhi kehendak para pemilik modal tersebut . Buku ini mengulas secara terperinci mengenai perlawanan-perlawan yang dilakukan oleh petani atas  hegemoni oleh para penguasa . Mereka yang secara strata social lemah akan melakukan hal-hal yang dilakukan seprti diatas . Para penguasa  hanya mencari keuntungan dari petani namun tanpa melihat aspek-aspek yang terjadi akibat penerapan-penerapan yang dibuatnya. Sehingga pemerintah terkesan membiarkan kesejahteraan petani .


SEJARAH NASIONAL NDONESIA JILID III


SITUASI SERTA KONDISI SOSIAL BUDAYA
                             Di Nusanatara peneyebaran agama islam muncul sekitar abad ke XIII ditandai dengan berdirinya kerajaan Samudra pasai  . Pada proses penyebarannya islam lebih menempatkan ke daerah pesisir yang sebelumnya sudah diperkenalkan oleh pedagang dari Persia,India,dan Arab . Kita dapat mnegetahui bahwa masa pra islam, kerajaan-kerajaan Nusantara umumnya beragama hindu . pada masa islam awal para pedagang menyebarkan agama islam lewat perdagangan yang berlangsung di nusantar sejak abad ke VII . Pada perkembangannya islam sendiri kususnya yang ada di Jawa juga dipengaruhi akibat runtuhnya kerajaan Majapahit karena terjadin perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh para rajanya sendiri . Dimasa ini kerajaan demak muncul sebagai kerajaan yang bercorak islam di Jawa yang sbelumnya juga merupakan daerah kekuasaan dari kerajaan Majapahit .
                              Pada perkembangan islam dimaluku sedikit berbeda, dimana islam masuk bukan dari dampak lemahnya kerajaan local melainnkan jalur perdagangan yang dilakukan oleh Jawa . pada masa pemerintahan sultan Zainal Abidin sultan Hitu adalah salah satu murid dari sunan Giri yang berasal adri Gersik . hal yang juga mempengaruhi tersebarnya agama islam antara lain adalah islam sebagai agama baru ini tidak menegnal sistem kasta yang ada pada agama hindu, kemudian syarat masuk islam tidak rumit. Selain itu penyebarannya dapat dilkukan oleh seluruh umat islam dan tidak sebatas golongan-golongan tertentu saja .

SALURAN SALURAN ISLAMISASI
Golongan pembawa dan penerima
                                Saluran islam sendri berkembang di Nusantara dipenagruhi oleh factor pembawa dan penrima itu sendiri . Golonagn-golongan pembawa ini juga membawa unsur-unsur budaya mereka . Masuknya islam sendiri dibagi menjadi tiga babak,pertama kedatangan,penyebaran dan perkembangan . Pada masa kedatangan islam diperkirakan pada abad ke VII, pada abad ini sudah terdapat hubungan dagang antara pedagang asing dan pribumi,diperkirakan juga terdapat perkampungan-perkampungan orang asing dibebrapa tempat .Pada abad selanjutnya V sampai Vi kemudian islam menyebar dinusantara . Sedangkan pengaruh islam itu diterima oleh masyarakat golongan bahwah yang sering melakukan kontak dengan para pedagang asing dipelabuhan . yang kedua adalah para wali yang pada cerita-cerita tradisional dan babad-babad Jawa juga berpengaruh terhadap perkembangan islam kusunya di Jawa . Seadangkan diluar Jawa terdapat tokoh-tokoh seperti Dato’ Ribandang,dan Datok sulaiman di Sulawesi dianggap sebagai penyebar islam .
Cara Islamisasi
                               Dari penjelasan diatas sudah dijelaskan bahwa pembawa islam adalah para pedagang,mubalig-mubalig,para wali,dan ulama-ulama setempat . Sedangkan unutk cara islamisasinya diantaranya adalah melalui perdagangan, suadah dileskan diatas. Kemudian melalui perkawinan, pada tahap ini para pedagang juga melkukan perkawinan dengan penduduk , memang biasanya pada saat perdagangan mereka tidak membawa istri dan sanak keluarganya . dan umunya untuk menikahi penduduk pribumi haruslah diislamkan terlebih dahulu supaya pernikahannya sah .  selanjutnya adalah peran pesantre-pesantren sebagai penyebaran islam . Dimana biasanya setelah murid-murid yang belajar dipesantren diangganp sudah mampu mereka akan kembali ke daerahnya masing-masing untuk melakukan penyebaran islam atau dakwah . kemudian juga melalui jalur kesenian dan budaya . hal ini juga pernah dilakukan oleh sunan Kali Jaga untuk menarik minat masyarakat untuk memeluk agama  islam . yang mengubah cerita-cerita wayang yang bercerita tentang Mahabarata diubah dengan menambahkan unsur-unsur islam .

ORANG SAKIT TIDAK PERLU KE DOKTER : KAJIAN SERAT PRIMBON JAMPI JAWI HERI PRIYATMOKO


                           Tan khoen swie merupakan salah satu orang yang berpengaruh dalam masyarakat Jawa . Ia merupakan soerang penerbit yang dikenal oleh orang banyak . Salah satu buku yang pernah diterbitkannya adalah Serat primbon jampi jawi yang ditulis oleh Bratasuparta pada tahun 1933 . Orang banyak mengira bahwa kehidupan Tan Khoen Swie jauh dari masyarakat pribumi karena ia adalah keturunan cina . Ia mengenbangkan sastra Jawa dan mengakrabkan ilmu pengetahuan Jawa kepada masyarakat luas, yang merupakan misinya selama menggumbuli bisnis percetakan . Percetaan yang dipimpinnya sendiri sudah berusia hamper setengah abad lebih, terhitung mulai tahun 1905 samapi 1960 . Yang menarik dari usaha penerbitannya adalah memajang foto dan tanda tangannya disetiap dihampir setiap buku yang diterbitkannya . Pada serat primbon jampi jawi  yang memiliki halaman sampai 104 dan berisi 290 cara pengobatan , disertai lampiran tata cara agar pembaca  mudah mencarinya . Dalam penerbitan buku ini, Tan khoen swie ingin menyebar luaskan ilmu pengobatan tradisional Jawa kepada masyarakat luas yang sebelumnya hanya hanya dipraktekan oleh para bangsawan atau penguin kraton saja . Dan secara tidak langsung ia telah turut menyelalamatkan sepenggal local genius pengobatan pribumi yang semula hanya diwariskan dengan budaya lisan dan diubahnya memalui tulisan . Tan khoen swie berpesan agar masyarakat yang jauh dari dokter(orang msikin) dianjurkan menggunakan resep tradisional  jawa dan tidak meninggalkan pantangan-pantangan yang ada dalam primbon . Karena naskah tradisional ini memuat gugon tuhon (mitos) orang jawa perihal penyakit dan racikan jamu jawa asli . Dalam beberapa cara yang digunakan mengandung unsur yang masitik senisal ( mandi karmas pada hari jumat biar dalam keadaaan suci dan mori putih sebgai obat ). Kemudian juga terdapat unsure-unsur agama ( membaca kulhu atau surat iklas )

KECANTIKAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT REPRODUKSI DALAM NASKAH RUKMINI TATTWA
I KETUT JIRNAYA
                       Masyarakat Nusantara sampai saat ini masih menggunakan obat-obatan tradisional  disamping obat-obatan modern sebagai sarana pengobatan . Hal itu tidak lain, karena masyarakat Nusantara memiliki SDA yang melimpah guna menunjang tersedianya bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai obat tradisional . Pengetahuan tentang mengobatan tradisional telah diturunkan oleh para leluhur yang sebagian besar dituliskan didalam naskah-naskah seperti naskah lontar , kulit kayu, dluwang dll .  Salah satunya yang memiliki banyak sumber tentang  pengobatan tradisional adalah Bali . Karena didaerah tersebut masih banyak ditemukan naskah naskah yang dapat kita pahami isinya . Salah satunya adalah Rukmini tattwa yang merupakan suatu naskah yang berisikan pengobatan tradisional  khususnya membahas tentang perawatan fisik laki-laki maupun perempuan yang sudah menikah dalam arti untuk melanggengkan rumah tangga . Naskah rukmini tattwa memiliki keunikan dalam segi nama, karena dalam naskah-naskah pengobatan biasnya menggunakan istilah-istilah usada, seperti usada kuda , usada rera , usada manak dll .
                           Dalam sejarahnya, dari cerita Bhatarayhuda istilah Rukmini adalah penjelmaan dari Dewi Sri ( dewi kesuburan ) yang bersuamikan  Sri Kresna . Dewi Rukmini mempunyai sahabat yang bernama Dewi Saci yang juga merupakan permaisuri dari Dewa Indra .  Kemudian Dewi RUkmini sering bercerita tentang masalah rumah tangganya, kemudian Dew Saci memberikan nasehat-nasehat kepada Dewi RUkmini untuk melakukan perawatan Tubuh guna memperlanggeng Rumah tangganya dengan Sri Kresna .
                            Naskah rukmini tattwa ini menjelaskan secara lengkap tentang perawatan tubuh  bagi pengunaanya . Diantaranya juga membahsah tentang berbagai maslah yang dihadapi oleh pasangan suami istri . Seperti maslah ejakulasi dini, memperbesar kelamin dsb. Kemudian masalh kewanitaan seperti keputihan , bau tidak sedap , merapet kan kelamin dsb . Dalam naskah ini Juga dijelaskan beberap cara yang menggunakan mantra-mantra gaib dalam setiap pengobatannya .

review buku dua kota tiga zaman surabaya dan malang.... purnawan basundoro


Dua kota tiga zaman Surabaya dan malang
Surabaya dan malang merupakan kedua kot yang berada di jawa timur.kota ini memiliki sejarah dalam proses pembentukannya sebagai kota yang di kuasai oleh colonial pada saat itu.Menilik dari sejarahnya kedua kota tersebut memiliki berbendaan karakteristik yang amat bertolak belakang.Oki akira menyatakan bahwa kta dibagi menjadi dua yaitu kota luar dan kota pedalaman.surabaya yang mewakili sebagai kota luar yang dijadikan pusat perrkonomian dan perdagngan,sedangkan kota malang sebagai tempat hunian dan peristirahatan,kota ini berkembang pada sisitem perkebunanya.
Dalam perkebngannya kota Surabaya menjadi kota yang besar dan maju pada sector industry yang pesat.pada permulaannya kota ini tidak mejadi dareah ekspolarasi colonial,dalam arti tidak seprti kawasan pedesaan pedesaan yan g dijadikan ajang eksploitasi colonial untuk memperkaya Negara induk.Subaya sebagai kota luar(pesissir) yang berperan aktif melakukan sisitem perdagangan yang dilakukan oleh [ihak belanda,sebagai pengankutan hasil bumi dari hindia belanda ke Negara Negara yang menampung hasil2 bumi tyersebebut.Pada tahun 1870 terdapat peraturan yaitu undang undang agraria yang membebaskan para pemilik modal untuk menghuni Surabaya untuk perdanggan.Hal ini yang merik perhatian orang orang asing terutama eropa dan orang timur(cina dan arab)untuk emnetap di Surabaya.para memilik modal tersebut membeli tanah2 yang ada di kota untuk menja;lankan bisnisnya.hal ini yang memicu pertarungan social yang terjadi di Surabaya,dimana penduduk asli Surabaya haurs berebut tempat dengan bangsa2 asing tersebut yang kemudian menimbulkan masalah di per kotaan.Diantaranya munculnya pemukiman pemukiman kumah yang ada di daerah kota,yang ditempati warga2 miskin yang tidak punya uang untuk emmbeli tanah yang adad di kota untuk di jadikan tempat tinggan yang layak huni.Hal ini yang menyebabkan oenataan kota tidak terlihat indah dikarenaan pemukiman2 pemukiman kumah yanga ada ti kota.Pemukina pemukina kumuh ini menjadikan banyaknya penyakit timbul akibat lingkungan yang tidak sehat ini.hal ini juga berpengaruh terhadap orang 2 eropa yan tinggal di dearah mereka.. mereka sendiri beru menyadari bahwa banyak penyakit yang ditimpbulkan dari pemukina 2 pribumi

Rabu, 14 Maret 2012

PANTANGAN DALAM PERNIKAHAN


                     Dalam adat Jawa biasanya  setiap prosesi pernikahan terdapat banyak makna yang tekandung dalam setiap prosesinya. Hal itu diantaranya adalah pantangan-pantangan yang ada didalamnya biasanya tidak boleh dilanggar. karena dapat menyebabkan orang yang melanggarnya celaka dan tidak langgeng pernikahan yang dijalaninya. Diantaranya adalah pantangan jilu, jilu atau siji telu sendiri merupakan bahasa Jawa yang artinnya adalah satu dan tiga yang mempunya arti bahwa anak yang bersanyangkutan tidak boleh lahir pada urutan satu dan tiga dalam urutan keluarganya. Calon mempelai harusnya bukan urutan dari jilu. Masyarakat mempercayai, bahwa jilu adalah perumpamaan ataupun lambang dari tali pengikat pada pcong yang digunakan untuk mengikat orang yang sudah meninggal. Orang yang melelanggar pantangan ini akan mendapat kesialan dalam hidupnya dan pernikahan yang dijalaninya biasanya tidak langgeng.
                      Yang kedua adalah orang yang lokasi rumahnya tidak dianjurkan dalam kepercayaan masyarakat setempat,yaitu ketika calon mempelai wanita memiliki rumah ataupun bertempat tinggal disebelah barat dari calon mempelai pria. Hal ini diyakini bahwa arah kebarat merupakan bukanlah aliran air, dalam arti arus air biasanya bukan mengalir dari timur menuju kebaran. Dalam hal ini masyarakat mempercayai pasangan yang melanggar pantangan tersebut akan mengalami kesusahan dalam mencari Riski dalam menghidupi keluarganya.
                       Mitos mitos tersebut merupakan mitos yang dipercayai oleh sebagian masyarakat jawa yang tentunya akan berbeda pada masyarakat lainnya.

Selasa, 13 Maret 2012

PERKAMPUNGAN ARAB YANG ADA DI SURABAYA


Perkampungan arab merupakan sebuah komplek kediaman orang-orang Arab maupun keturunan Arab yang menetap di daerah tersebut . Perkampungan ini biasanya didirikan pada saat islam datang ke Nusantara untuk melakukan perdagangan  dan menyebarkan pengaruhnya . Perkampunagn arab diketaui datang pertama kali di daerah pesisir Sumatra tepatnya di daerah Pasai pada sekitar abad ke VII. Kedatangan orang-orang Arab juga berlangsung pada sekitar abad ke XIII ketika islam sudah melakukan penyebaran agama islam di Nusantara. Perkampungan yang biasanya  bertempat di dekat pelabuhan-pelabuhan . Kampung tersebut biasanya menjadi tempat bermukim semetara orangorang arab untuk melakukan perdagagan dan kemudian akan kembali ke daerah asalnya . Dalam hal tersebut juga tidak sedikit para pedagang Arab tersebut menetap di tempat tersebut . Hal tersebut menjadikan orang-orang Arab melakukan  kontak terhadap orang-orang pribumi dan tidak sedikit pula yang menikah dengan wanita-wanita pribumi . Hal tersebut yang menyebabkan perkampungan Arab ada di Indonesia dan menjadi ciri tersendiri dari multi kultur yang ada di Indonesia . Perkampungan tersebut membentuk sebuah komunitas yang unik dalam masyarkat di Indonesia.
Mengenai perkampungan Arab yang ada di Surabaya , ada yang mengatakan berdirinya   kampung tersebut tidak lepas dari peran Sunan Ampel yang menyebarkan islam di Surabaya.  Berdasar catatan dalam Kitab Pengging Teracah, setelah selesai mendatangi undangan Raja Brawijaya, penguasa Mojopahit, Sunan Ampel mendapat ganjaran Ampilan tanah untuk menyebarkan agama Islam disisi utara tanah Jawa Timur.Perjalanan Sunan Ampel kala itu dibarengi beberapa pengikut, diantaranya Ki Wirosaroyo. Wirosaroyo sebelumnya beragama Hindu. Setelah masuk Islam, ia menyatakan ingin ikut perjalanan Sunan Ampel ke Surabaya. Kebetulan ia punya anak gadis bernama Karimah (yang kemudian disunting Sunan Ampel). Sesuai tradisi Jawa, orang tua kadang dipanggil dengan nama anak pertamanya. Jadi Ki Wirosaroyo sering dipanggil dengan nama Pak Karimah, atau lebih populer lagi dengan sebutan Mbah Karimah. Sunan Ampel juga mendirikan beberapa masjid, diantaranya masjid di daerah kembang kuning dan yang terkenal adalah masjid Sunan Ampel yang saat ini masih ramai oleh para peziarah yang datang untuk memanjatkan doa.
Perkampungan Arab di Surabaya terletak di daerah Ampel yang dibatasi oleh Suangai Kalimas di sebelah barat, sbelah timur oleh sungai Pegirian. Dan sebelah selatan dibatasi oleh jalan Kembang Jepun . Mengenai berbagai entis yang ada di Surabaya juga terdapat etnis-etnis yang berada di sekitar daerah tersebut yaitu entis Cina yang ada di daerah Kembang Jepun . Terdapat juga sisa-sisa peninggalan perumahan Eropa yang ada didaerah tersebut. Memasuki daerah perkampungan Arab kita akan melihat berbagai aktifitas ekonomi yang ada pada daerah tersebut . Yang mendominasi aktifitas tersebtu adala katifitas perdagangan yang dilakukan oleh orang-orang keturunan Arab yang menempati daerah tersebut. Banyak diantara para pedagang yang menjual barang-barang yang bernuansa Timur Tengah seperti minyak wangi, peralatan sholat kain-kain, umumnya barag-barang tersebut banyak dibutuhkan oleh para peziarah yang datang untuk berdoa di makam Sunan Ampel. DI perkampungan juag terdapat para pedagang yang menjual makan khas Timur Tengah. Sepert nasi kebuli, roti maryam, kambing ove dan makanan-makanan yang berbau Arab terdapat di sini. Hal ini juga dapat menunjukakn kepada kita bahwa perkampungan ini masih mewarisi kebudayaan asal mereka dari Timur Tengah.Terbutkti dengan aktifitas yang dijalankan di daerah kampung Arab, meski kebudayaan tersebut juga sudah bercampur dengan budaya masyarakat yang ada di Surabaya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9NVSx_C4lkppLMHf8XM7tJQdHg_17Bm6CR6QmAoP9uVAJoI8av994N6LrQrAoW4oer1FeenM0BEERomMIT1am81vEtv18hf3fxXsJm5AG9qchR4gSeRP9was2wqiHB8isA43xPxzOr_sr/s200/SAM_1991.JPG                      https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh5bJcXu4n8wwa7KlKu5i4U68QB0aEJvxkqExCaRRDyG5QpaONcuRD74RP4tNUAQUEtw3ZSpTnFlKUf_DfuSGPXT4ZAMwRPhtqEEJatoA-B8zqofnhj-Cf0Shqbw8LMA1xFGIouQ_zcQF8g/s200/SAM_1989.JPG
Yang menjadi perkampungan Arab di Surabaya ini  ramai dikunjungi oleh orag-orang yang ada diberbagai daerahan luar daerah pun banyak  yang datang berkunjung ke makam Sunan Ampel. Dan melakukan sholat di masjib Besar Sunan Ampel. Yang berada di antara perkampungan Arab yang ada di daerah tersebut. Masjid yang berukuran besar dan megah ini juga mempunyai ke unikan di dalamnya selain ukiran-ukiran yang khas dari masjid ini. Terdapat makam berjumlah Sembilan yang dimiliki oleh satu orang. Beliau adalah Mbah Bolong yang merupakan salah satu murid dari Sunan Ampel. Menurut cerita setelah Mbah Bolong meninggal masjid menjadi kotor dan saat itu Sunan Ampel berkata ‘’ andai saja Mbah Bolong masih hidup ‘’ dan sektika mbah Bolong ada di pelataran masjid dan sedang menyapu disitu. Hal tersebut berlangsung sampai Sembilan kali sampai Sunan Ampel wafat.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgU3Cd7vOx7oUE5ho5VrbMY-udV490ke4Qn3VJIlgXJ2FiezQxifzXVBKkN_EOZuDkohZbh_TXk-I0evlO7oXFOENUrcJATsEatLR2yxS8RhyVFrlYIefVwP7aWtesxdUmAf-S0BlqnkH7P/s320/SAM_1973.JPG         https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi20r6zFxs17OqAtZrLZqnKSDlQ_l4pRdHZ-ZFgEZnm4ixGEFQMA4opk4QfM7r1nSyNFDfCPBOQSajqvYMnzVatmW1DD2vcglypCbYfsTLf7y3zn5FPtqjc2gONNN7EThHDOoMScu5Qy0hq/s320/SAM_1984.JPG
















DAFTAR PUSTAKA
Nugraha N, Marwati D.P,1980.Sejarah Nasional Indonesia jilid 2,Jakarta,
http://seratusnegara.blogspot.com/2011/06/kampoeng-arab-timur-tengah-nya.html
http://4.bp.blogspot.com/q2asK6n9InI/TfYMk5h0k9I/AAAAAAAAAiM/yGIZY_iVCT4/s1600/SAM_1973.JP
http://4.bp.blogspot.com/NoAdEKHbZHQ/TfbfzSBOKtI/AAAAAAAAAjk/gyhP7o4WYEA/s1600/SAM_199.J


Minawang oleh Drs. Heddy Shii Asima Putra, M.A Kepemimpinan Jawa oleh Hans Antlo dan Sven Cedorrot


Hubungan antara patron-klein merupakan sebuah hubungan yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok diantara mereka terdapat suatu perilaku yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain . Istilah patron-klein sendiri lebih dikenal di dearah Amerika Selatan. Pada hubungan patronklein ini yang terlibat didalamnya akan saling membutuhkan. Patron sendiri merupakan pemberi dalam hubungan tersebut, sedangkan klein merupakan pihak yang menerima, yang keduanya memiliki keuntungan karena hubungan ini bersifat timbal balik. Karena  klein tidak hanya pihak yang menrima saja namun dia juga memberi kepada patronnya. Yang membuat hubungan antara patron-klein ini berjalan secara terus menerus, terdapat unsure-unsur yang menyertainya. Pertama adalah bahwa apa yang diberikan oleh satu pihak adalah sesuatu yang barharga bagi si penerima. Entah pemberian itu berupa barang dan jasa, dn berbagai macam bentuknya. Dengan pemberian ini pihak penerima merasa mempunyai kewajiban untuk membalasnya. Sehingga terdapat hubungan timbal-balik yang merupak unsur kedua dari hubungan patron-klein. Berbeda dengan ketentuan apabila kita melakukan hubungan transaksi di pasar, dimana pemebeli akan membayar sesuai harga yang telah ditentukan sehingga terdta suatu keimpasan di dalamnya hal itu akan menyebabkan hubungan tersebut tidak ada pihak yang merasa dirugikan Hal itu yang membedakan hubungan patron-klein yang hubungannya bisa bersifat lama karena ada pihak yang merasa belum membantu secara sama atas apa yang telah diberikannya.
Hubungan patron-klein ini juga dirasakan terjadi di dalam masyarakat di Sulawesi Selatan. Pelras seorang ahli yng berasal dari Prancis pernah berpendapat bahwa ikatan antara patron-klein ini merupakan kunci dalam masyarakat Bugis-Makasar di Sulawesi Selatan. Hubungan tersebut semakin terlihat dari konsep ajjaoreng dan jao, yang merupakan suatu kedudukan social yang ada dalam masyarakat tersebut. Yaitu karaeng yang bisa disebut sebagai patron, dan ana-ana sebagai klein. Orang Sulawesi Selatan sendiri menyebut hubungan tersebut sebagai minawang (mengikuti). Menurut Kooreman hubungan mereka bersifat sementara  dan sifat dapat diputuskan juga. Seorang karaeng yang merupakan sosok bangsawan juga harus melindungi  ana-ananya dari karaeng lain dan jika an-ananya mengalami kesulitan ia akan membantunya. Hal tersebut juga diberikan oleh para ana-ana yang juga bekerja dilahan yang dimiliki karaengnya. Sehingga untuk membalasnya para ana-ana  memberikan bantuan berupa tenaga maupun jasa yang diperlukan oleh karaengnya. Namun hubungan tesebut juga dapat terganggu bahkan rusak ketika seorang diantaranya merasa telah dirugikan oleh satu pihak. Seperti misalnya seorang ana-ana dapat pindah dari karaengnya ke karaeng lain yang dianggapnya lebih pantas untuknya. Hal tersebut berlaku juga pada karaeng yang merasa dirugikan oleh ana-ana yang dianggapnya tidak memberikan keuntungan untuknya.
Kepempinan yang ada di Jawa merupakan kepemimpinan yang bersifat hirarkis, terdapat  kerajaan dimana seorang raja mempunyai atas rakyatnya yang ini terlihat dari peraturan-peraturan yang diberlakukannya. Namun seorang raja juga harus mempunyai wibawa terhadap rakyatnya. Biasanya peraturan yang diberlakukan mempunyai unsur-unsur yang dilakukan untuk kemajuan kerajaan dan rakyatnya. Seperti pada masa pemerintahan sultan Agung yang merupakan penguasa Mataram.  Semisal peraturan-peraturan mengenai pertanian dimana para petani dikenakan biaya pajak setiap kali panen, pajak itu disesuwaikan  dengan kemampuan rakyatnya. Seperti pajak yang diberlakukan di ukur dari luas tanah yang ada. Para bawahan raja juga mendapatkan upah dari tanah yang diberikanya  untk upah gaji. Biasanya bersifat lungguh. Hubungan antara rakyatnya juga biasanya disebut sebagai hubungan antara raja dengan kawula yang dipisahkan dari lingkup social yang ada. Dalam hal ini raja juga tidak boleh bersifat semena-mena dalam setiap peraturan yang diberlakukannya. Untuk maslah militer rakyat juga banyak yang dijadikan sebagi prajurit guna membantu wilayah kerajaan dari serangan musuh
Yang menarik dari kedua persoalan tersebut adalah sama-sama menunjukkan strata social yang ada dalam masyarakat. Dimana seseorag yang memiliki status social yang lebih tinggi umumnya yang bersifat sebagai pemberi terhadap orang yang dianggapnya lemah atau membutuhkan bantuan. Namun dari pembahsan tersebut terdapat perbadaan di dalamnya. Dimana hubungan anatara karaeng dengan ana-ananya lebih bersifat relatih dimana tidak terdapat hokum-hukum yang membatasi keduanya. Dan hubungan yang dijalankan lebih bersifat timbale-balik. Sedangkan kita tahu dalam struktur kerajaan yg ada dalam sebuah Negara yang dipimpin oleh rajanya terhadap rakyatnya lebih bersifat kepatuhan dimana raja yang mengeluarkan peraturan yang juga harus dipatuhi oleh rakyatnya. Mengenai kontak social secara langsung pada sistem patron-klein yang terjadi di Sulawesi Selatan lebih menonjol dimana hubungan antara karaeng dengan ana-ananya lebih bersifat sebagai suatu kerabat. Sedangkan di kerajaan kontak social antara raja dan rakyat tidak sering dijumpai karena peraturan-peraturan yang diberlakukan umumnya diberitahukan oleh para pegawai kerajaan dan tidak oleh raja secara langsung. Hal tersebut yang dapat membedakan antara hubungan antara patron-klein dengan kepemimpinan raja. Karena hubungan antara patron-klein lebih bersifat luwes dan tidak terikat secara hokum dan hanya dipegang oleh unsur timbale balik yang saling menguntungkan. Sedangkan kepemimpinan kerajaan umumnya lebih bersifat kaku karena terdapat unsur  hokum didalamnya. Dan umumnya keputusan dijalankan oleh pihak yang  berkuasa.

Asal Usul Wangsa Sailendra

Istilah sailendra wangsa dijumpai pertama kali di Indonesia dalam prasasti Kalasan tahun 700 Saka (778 M).kemudian istilah ini muncul pula di dalam prasasti dari desa Kelurak tahun 704 Saka (782 M). Didalam prasasti Abhayagiriwihara dari bukti Ratu Baka tahun 714 Saka (792 M).Di dalam prasasti kayumwungan than 743 Saka (824 M).Yang amat menarik perhatian ialah bahwa istilah Sailendrawangsa itu muncul pula di luar Jawa, yaitu di dalam prasasti Ligor B, Nalanda dan Leyden plates.
Prasasti-prasati tersebut semuanya menggunakan bahasa Sansekerta, dan tiga di antaranya , kecuali prasasti Kayumwunga menggunakan huruf siddham, bukan uruf Pallawa atau huruf Jawa-Kuna sebagaimana umumnya prasasti- prasasti di Jawa. Kenyataan ini di tambah dengan kenyataan bahwa ada beberapa naman wangsa di india dan dratan Asia Tenggara yang sama artinya dengan syailendra, yaitu raja gunung, menimbulkan berbagai teori tentang asal usul jawa. R.C Majundar beranggapan bahwa wangsa sailendra di Indonesia, baik yang di jawa maupun yang di sriwijaya, berasal dari kalingga di selatan jawa. G. Coedes lebih condong pada anggapan bahwa wangsa sailendra di Indonesia itu berasal dari Fu-nan atau kamboja. Menurut pendapat ejaan Fu-nan dalam berita Cina berasal dari kata KhamerKuna vnan atau benyam yang berarti gunung; dalam bahasa khamer sekarang Phnom. Raja Fu-nan disebut parwatabhupala yang berarti raja gunung sama dengan kata syailendra. Setelah kerajaan Fu-nan itu runtuh sekitar tahun 620 M, maka anggota wangsa raja-raja Fu-nan itu yg menyingkir ke jawa dan muncul sebagai penguasa disini pada pertengahan abad VIII M, dengan mengunakan nama wangsa syailendra.
J Przyluzki mengatakan bahwa Coedes itu dilakukan atas dasar tafsir yang meragukan dari satu bait didalam prasasti Kuk Prah Kot. Menurut luzky istilah saylendra wangsa menunjukkan bahwa raja-raja berasal syailendra yang brarti raja gunung. Ini merupakan sebutan bagi shiwa sama dengan girisa. Dengan kata lain raja-raja wangsa syailendra di Jawa menganggap leluhurnya ada diatas gunung. Ini merupakan petunjuk baginya bahwa istilah Syailendra asli Indonesia.
Pendapat tersebut diatas telah dibahas oleh Nilakanta Sastri.Dia sendiri mengajukan pendapat bahwa wangsa Syailendra di Jawa itu berasal dari daerah Pandya di India selatan.Dan akhirnya J.L. Moen dalam salah satu karangannya yang menarik perhatian, dia mengemukakan pendapat bahwa Wangsa Syailendra itu berasal dari India Selatan.Yang semula berasal di sekitar Palembang, tetapi pada tahun 983 M melarikan diri ke Jawa karena serangan dari Sriwijaya. Diantara pendapat diatas yang kemudian banyak dianut adalah pendapat G.Coedes, lebih-lebih setelah J.G. De Casparis dapat menemukan istilah Waranarahdhirajaraja didalam prasasti dari candi plaosan lor, juga prasasti Kelurak, dan dia mengidentifikasikan waranara itu dengan waranara nagara atau na-fu-na didalam berita-berita China, yaitu puat kerajaan Fu-nan setelah berpindah dari Wiyadhapura atau te-mu setelah mendapat serangan dari Chenla di bawah pimpinan Bhawawarman dan Citra sena pada pertengahan kedua abad 6 M selanjutnya De Casparis mengatakan bahwa setelah pindah ke na-fu-na yang biasa dilokasikan didekat Angkorborai ada diantara raja-raja itu yang pergi ke jawa dan berhasil mengalahkan raja yang berkuasa disana, yaitu sanjaya dan keturunannya. Jadi menurut de Casparis di Jawa mula mula berkuasa wangsa raja raja yangberagama Siwa, tetapi setelah kedatangan raja dari Na-fu-na itu yang behrasil menaklukkannya, maka di jawa tengah terdapat dua wangsa raja raja, yaitu wangsa Sanjaya yang beragama siwa, dan para pendtang itu yang kemudian menamakan dirinya sebagai wangsa sailendra yang beragama budha . Pendapat de Caparis itu diilhami oleh F.H.Van Nearssen, yang melihat bahwa didalam prasasti Kalasan tahun 778 M, yang berbahasa sangskerta ada dua pihak, yaitu fihak raja sailendra , yang hanya disebut sebagai permata sailendra tanpa nama, dan rakai panangkaran, raja bawahanya dari wngsa Sanjaya.
Selanjutnya de Casparis mencoba mengadakan rekontruksi jalanya sejarah keadaan mataram sampai pada abad 9 M. Dengan landasan anggaan bahwa sejak abad pertengahan 8 ada dua wangsa raja raja yang berkuasa, yaitu wangsa Sailendra yang berasal dari Fu-nan, dan penganut agama budha Mahayana, yang berhasil menaklukan raja raja dari wangsa Sanjayaang beragama Siwa. Raja raja wangsa Sanjaya itu, sejak rakai Panangkaran hanya berkuasa sebagai raja bawahan, dan dalam berbagai kesempatan pembangunan candi-candi membantu raja wangsa Sailendra dengan memberikan tanah-tanah sebagai sima bagi candi-candi itu.Pendapat de Casparis ini dikembangkan lagi oleh F.D.K. Bosch disana-sini.
Pendapat bahwa bangsa sailendra berasal dari luar Indonesia (india atau Kamboja) ditentang oleh R.Ng. Poerbatjaraka, ia merasa amat tersinggung membaca teori tersebut, seolah-olah bangsandonesia sejak dulu hanyalah mampu diperintah oleh bangsa asing. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunannya adalah raja-raja dari wangsa Sailendra, asli Indonesia yang mulunya menganut agama siwa, tetapi sejak Rakai Panangkaran berpindah agama menjadi penganut Buddha Mahayana. Sebagai salah satu alas an dia untuk menunjuk pada kitab carita parahyangan, yang antara lain memuat keterangan bahwat Rahyang Sanjaya telah menganjurkan anaknya Rahyangta Panaraban untuk meninggalakn agama yang dianutnya, karena ia ditakut oleh semua orang. Nama  Rahyangta Panaraban diidentifikasikannya dengan Rakai P
anangkaran. Penemuan baru berupa prasasti batu berbahasa melayu kuno di desa Sojomerto, kab.Pekalongan dan batu berbhasa yang tidak diketahui debngan jelas asalnya.Dan kini disimpan dalam koleksi pribadi Adam Malik, mungkin sekali memperkuat anggapan Poerbatjaraka. Prasati dari Sojomerto itu menyebutkan Dapunta Sailendra nama ayah dan ibunya yaitu Santanu dan Bradawati dan istrinya Sampula. Masih ada tokoh lagi yang disebut didalam prasasti ini yang sayang sekali namanya tidak terbaca namanya.Demikan pula istilah yang menunjukan hubungan antara tokoh ini dengan Dapunta Sailendra, tidak terbaca keseluhan.Tokoh ini diberi pedikat Hiyang.Jadi mungkin sekali tokoh yang telah dipendewakan dan dianggap sebagai leluhur Dapunta Sailendra.
Sebagaimana Isanawangsa berpangkal pada Mpu Sindok yang bergelar Sri Isanawikramadarmmottunggadewa dan Raja Sawangsa berpangkal pada Ken Arok yang bergelar Sri Rajasa, tentunya Sailendrawangsa berpangkal kepada seoran leluhur yang gelarnya mengandung unsur Sailendra. Didalam Prasasti Sojomerto itu dijumpai nama Dapunta Sailendra yang jelas merupakan ejaan Indonesia dari kata sansekerta sailendra  karena di Sumatera dijumpai lebih banuaSailendra. Kenyataan bahwa ia menggunakan bahasa melayu kuno didalam prasastinya menunjukan bahwa ia orang Indonesia asli, mungkin sekali berasal dari Sumatera  maka sesuai dengan asal usul nama-nama wansa yang lain itu daptlah disini disimpulkan bahwa Sailendra wangsa itu berpangkal kepada Dapunta.
Dari prasati Sojomerto itu jelas bawa Dapunda Sailendra ialah penganut wangsa Siwa. Kapn dan apa sebabnya raja-raja wangsa Sailendra itu mulai menganut agama Buddha mungkin dapat diketahui dari prasasti milik Adam Malik, yang untuk sementara kita sebut dengan nama Prasasti Sankara. Prasati ini berbhasa sansekerta tetapi sayang yang ditemukan hanya bagian akhir.Ru

Rakai mataram sang ratu sanjaya
Sebelum perpindahan pusat kerajaan terdapat berbagai sumber prasasti di mas seelum perpindahan itu. Pertama-tama disebutkan disini prssati di desa lebak, kecamatan Grabag (Magelang) Pasasti Tuk Mas.Prasati ini di pahat pada sebuah batu alam yang besar yang dekat dengan mata air.Hurufnya Pallawa yang tergolong muda dan bahasanya Sansekerta. Menurut analisa Paleoogafis dari krom prassti ini berasal pada abad pertengahan yang isinya pujian kepada suatu mata  air yang keluar dari gunung hal ini  disamakan dengan air yang mengalirkan airnya yang dingin dan bersih melalui pasi yang berbatu bagaikan  sungai Gangga.
Dari pahatan tulisan tersebut terdapat suatu laksana dan ala-alat upacara antar lain cakra, sanka, trisula, kundi, kapak, guntin, kudi, dolkmes dan empat bunga Padma. Hal ini menunukan kepada dewa Siwa bahwa ini bagaikan air suci  dan bahwa  didekatnya tentu ada pengolahan sumber air yang dikelola oleh para pendeta.
Prasasti yang kedua  adlah prasti camggal, yang berasal dai halaman pecandian diastase gunung Wukir kecamatan Salam (Magelang).  Prasasti ini mengunakan Huruf Palawa dan bahasa Sansekerta, yang terdiri dari tiga bait berisi bahwa raja Sanjaya tela mendirikan lingga diatas bukit  pada tangggal 6 oktober  tahun 732 M. Lima bait selanjunya berisi pujian terhadap dewa Siwa, Brahma, dan Wisnu denagan catatan bahwa untuk Siwa sendi tersedia tiga bait. Bait ke tuju memji pulau Jawa yang subur dan banyak menghasilkan gandum (atau padi) da kaya akan tambang emas. Siwa yan amat indah untk kesejahtraan dunia ang dikelilingi oleh sungai-sungai yang suci, antara lain sungai gangga  bagunan tersebut terletak di Kunjarakunja.
Dari prasasi yang diatas kiata dapat mengetahui bahwa pada tahun 723 M. raja sanjaya yang jelas adalah beragama Siwa yang telah mendirikan lingga di atas bukit.Kemungkuna bangunan lingga itu ilah cand yang hingga saa ini masih ada sisa-sisanya di atas gungng wukir, mengingat bahwa prastinya memmang berasal dari dari halaman percandian.
Sanna, Sahanna, dan Sanjaya kemunkinna sekali adalah keturunnan-keturunna Dapunta Sailendra, sehinggga mereka masuk kedalam wangsa Sailendra. Hal ini dikarnakan dari sebuah prassti dari daftar raja-raja yang disebutkan di dalam prasasti Matyasih di medang. Ia kemudiaan disusul oleh rakai panankaran yang di antara Dapunta Sailendra dan Sima, atau Sima anatara Sanna masih ada seorang raja lagi yan hingga kini  belum dapat ditemukan dari sumber sejarah.
Raja sanjaya adlah raja yang pertama yang brkedudukan di Medang.Yang telah dikatakan oleh prasasti diatas, raja Sanna telah diserang oleh musuh dan telah gugur pada pertempuran tersebut.Mungkin sekali ibukota kerajaan juga di serbu dan ijrah. Kerena hal itu ak Sanjay dinobatkan sebagai raja, perlu dibangun ibukota baru, dengan istana yang baru yang disertai dengan pembangunnan candi untk pemujaan lingga kerajaan. Kemungknnan hali ini berhubngnna dengan kepercayaan bahwa istananyang telah diserbu oleh musuh yang kehilangna yuannya.
Selain itu ada suatu ketertarikan yang lain  bahwa di pulau jawa  ada bangunnan yang suci untuk pemujaan dewa Siwa di daerah Kunjarakunja yang dikelilingi oleh sungai-sungai suci, yang terutama di antaranya adalah sungai gangga.  Seperti halnya telah yang disimpulkan bagunnan candi yang dimasud adalah parsati canggal itucandi banon dekat candi mendut yang arca-arcanya saja yang besar dan bercorak Klasik?Letak candi ini memeng di daerah progo dan sungai Elo, ini sesuai denagan pemeriaan denagan prassti, dengan menduga yang dimaksudkan sunai gangga adalah sungai kali Progo.
Dan nama Kunjarakunja itu poerbatjarka pernah mengemukkakan perdapat bahwa daerah yang dimaksud saat itu yang saat ini menjadi daerah Sleman, berdasarkan arti kata yaitu hutan gajah dan adanya wanua ing alas i Saliman. Dan perdapat tersebut telah diragukan  karena mnaman didalam prasti ke tiga sekarang ditambah denagan dua batu lagi  batu sima yang membuat nama daerah itu harus dibaca wanua ing alas I Salaimar. Lagi pula kata kunjarakunla dapat juaga berate hutan fikus Religiosa atau huatan pohon Bodhi dan sejenisnya karena kata kunjara tidak berarti juga gajah tetapi nama beberapa jenis tanaman. 
Menurut de Casparis Bhanu itu seorang raja wangsa sailendra mengiggat bahwa terdapat lagi sebuah prasasti Ligor B ada nama raja Wisnu dan didalam prasasti Kelurak ada nama raja indra. Dan ia berpendapat bahwa Bhanu itu tentu penganut agama Budha karena Isa merupakan nama lain dari sang Budha. 
Teori India
Majumdar beranggapan bahwa keluarga Śailendra di Nusantara, baik di Śrīwijaya (Sumatera) maupun di Mdaŋ (Jawa) berasal dari Kalingga (India Selatan). Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Nilakanta Sastri dan Moens. Moens menganggap bahwa keluarga Śailendra berasal dari India yang menetap di Palembang sebelum kedatangan Dapunta Hiyaŋ.Pada tahun 683 Masehi, keluarga ini melarikan diri ke Jawa karena terdesak oleh Dapunta Hiyaŋ dengan bala tentaranya.Pada waktu itu Śrīwijaya pusatnya ada di Semenanjung Tanah Melayu.
Pernyataan yang hampir senada dengan Moens dikemukakan oleh Slametmulyana.Ia mengemukakan gagasannya itu didasarkan atas sebutan gelar dapunta pada Prasasti Sojomerto. Gelar ini ditemukan juga pada Prasasti Kedukan Bukit pada nama Dapunta Hiyaŋ. Prasasti Sojomerto dan Prasasti Kedukan Bukit merupakan prasasti yang berbahasa Melayu Kuno. Karena asal bahasa Melayu Kuno itu dari Sumatera dan adanya politik perluasan wilayah dari Kadātuan Śrīwijaya pada sekitar tahun 680-an Masehi, dapat diduga bahwa Dapunta Selendra adalah salah seorang pembesar dari Sumatera Selatan yang menyingkir ke pantai utara Jawa di sekitar Pekalongan.
Teori Funan
Coedes lebih condong kepada anggapan bahwa Śailendra yang ada di Nusantara itu berasal dari Funan (Kamboja). Karena terjadi kerusuhan yang mengakibatkan runtuhnya Kerajaan Funan, kemudian keluarga kerajaan ini menyingkir ke Jawa, dan muncul sebagai penguasa di Mdaŋ (Matarām) pada pertengahan abad ke-8 Masehi dengan menggunakan nama keluarga Śailendra.
Teori Jawa
Pendapat bahwa keluarga Śailendra berasal dari Nusantara (Jawa) dikemukakan oleh Poerbatjaraka. Menurut Poerbatjaraka, Sanjaya dan keturunan-keturunannya itu ialah raja-raja dari keluarga Śailendra, asli Nusantara yang menganut agama Śiva. Tetapi sejak Paņamkaran berpindah agama menjadi penganut Buddha Mahāyāna, raja-raja di Matarām menjadi penganut agama Buddha Mahāyāna juga.Pendapatnya itu didasarkan atas Carita Parahiyangan yang menyebutkan bahwa R. Sañjaya menyuruh anaknya R. Panaraban atau R.Tamperan untuk berpindah agama karena agama yang dianutnya ditakuti oleh semua orang.
Pendapat dari Poerbatjaraka yang didasarkan atas Carita Parahiyangan kemudian diperkuat dengan sebuah temuan prasasti di wilayah Kabupaten Batang. Di dalam prasasti yang dikenal dengan nama Prasasti Sojomerto itu disebutkan nama Dapunta Selendra, nama ayahnya (Santanū), nama ibunya (Bhadrawati), dan nama istrinya (Sampūla) (da pū nta selendra namah santanū nāma nda bapa nda bhadrawati nāma nda aya nda sampūla nāma nda ..). Menurut Boechari, tokoh yang bernama Dapunta Selendra adalah bakal raja-raja keturunan Śailendra yang berkuasa di Mdaŋ.
Nama “Dapunta Selendra” jelas merupakan ejaan Indonesia dari kata Sanskrit “Śailendra” karena di dalam prasasti menggunakan bahasa Melayu Kuno.Jika demikian, kalau keluarga Śailendra berasal dari India Selatan tentunya mereka memakai bahasa Sanskrit di dalam prasasti-prasastinya.Dengan ditemukannya Prasasti Sojomerto telah diketahui asal keluarga Śailendra dengan pendirinya Dapunta Selendra.Berdasarkan paleografinya, Prasasti Sojomerto berasal dari sekitar pertengahan abad ke-7 Masehi.
Prasasti Canggal menyebutkan bahwa Sañjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Sthīrańga untuk tujuan dan keselamatan rakyatnya.Di sebutkan pula bahwa Sañjaya memerintah Jawa menggantikan Sanna; Raja Sanna mempunyai saudara perempuan bernama Sanaha yang kemudian dikawininya dan melahirkan Sañjaya.
Dari Prasasti Sojomerto dan Prasasti Canggal telah diketahui nama tiga orang penguasa di Mdaŋ (Matarām), yaitu Dapunta Selendra, Sanna, dan Sañjaya. Raja Sañjaya mulai berkuasa di Mdaŋ pada tahun 717 Masehi.Dari Carita Parahiyangan dapat diketahui bahwa Sena (Raja Sanna) berkuasa selama 7 tahun.Kalau Sañjaya naik takhta pada tahun 717 Masehi, maka Sanna naik takhta sekitar tahun 710 Masehi.Hal ini bererti untuk sampai kepada Dapunta Selendra (pertengahan abad ke-7 Masehi) masih ada sisa sekitar 60 tahun.Kalau seorang penguasa memerintah lamanya kira-kira 25 tahun, maka setidak-tidaknya masih ada 2 penguasa lagi untuk sampai kepada Dapunta Selendra.Dalam Carita Parahiyangan disebutkan bahawa Raja Mandimiñak mendapat putra Sang Sena (Sanna).Ia memegang pemerintahan selama 7 tahun, dan Mandimiñak diganti oleh Sang Sena yang memerintah 7 tahun. Dari urutan raja-raja yang memerintah itu, dapat diduga bahwa Mandimiñak mulai berkuasa sejak tahun 703 Masehi.Ini berarti masih ada 1 orang lagi yang berkuasa sebelum Mandimiñak.
Berita Tionghoa yang berasal dari masa Dinasti T’ang memberitakan tentang Kerajaan Ho-ling yang disebut She-po (=Jawa). Pada tahun 674 Masehi rakyat kerajaan itu menobatkan seorang wanita sebagai ratu, yaitu Hsi-mo (Ratu Simo).Ratu ini memerintah dengan baik.Mungkinkah ratu ini merupakan pewaris takhta dari Dapunta Selendra? Apabila ya, maka diperolehi urutan raja-raja yang memerintah di Mdaŋ, yaitu Dapunta Selendra (?- 674 Masehi), Ratu Simo (674-703 Masehi), Mandimiñak (703-710 Masehi), R.Sanna (710-717 Masehi), R.Sañjaya (717-746 Masehi), dan Rakai Paņamkaran (746-784 Masehi), dan seterusnya.
Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh dua wangsa yaitu Wangsa Syailendra yang beragama Buddha dan Wangsa Sanjaya yang beragama Hindu Syiwa.Pada awal era Mataram Kuno, Wangsa Syailendra cukup dominan di Jawa Tengah.Menurut para ahli sejarah, Wangsa Sanjaya awalnya berada dibawah pengaruh kekuasaan Wangsa Syailendra. Mengenai persaingan kekuasaan tersebut tidak diketahui secara pasti, akan tetapi kedua-duanya sama-sama berkuasa di Jawa Tengah.
Raja-raja yang berkuasa dari keluarga Syailendra tertera dalam prasasti Ligor, prasasti Nalanda maupun prasasti Klurak, sedangkan raja-raja dari keluarga Sanjaya tertera dalam prasasti Canggal dan prasasti Mantyasih.Berdasarkan candi-candi, peninggalan kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-8 dan ke-9 yang bercorak Buddha (Syailendra) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian selatan, sedangkan yang bercorak Hindu (Sanjaya) umumnya terletak di Jawa Tengah bagian utara.
Wangsa Syailendra pada saat berkuasa, juga mengadakan hubungan yang erat dengan kerajaan Sriwijaya di Sumatera.Pada masa pemerintahan raja Indra (782-812), puteranya, Samaratungga, dinikahkan dengan Dewi Tara, puteri raja Sriwijaya.Prasasti yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan memberikan penjelasan bahwa candi tersebut dibangun untuk menghormati Tara sebagai Bodhisattva wanita. Pada tahun 790, Syailendra menyerang dan mengalahkan Chenla (Kamboja), kemudian sempat berkuasa di sana selama beberapa tahun.
Candi Borobudur selesai dibangun pada masa pemerintahan raja Samaratungga (812-833).Borobudur merupakan monumen Buddha terbesar di dunia, dan kini menjadi salah satu kebanggaan bangsa Indonesia.Samaratungga memiliki puteri bernama Pramodhawardhani dan dari hasil pernikahannya dengan Dewi Tara, putera bernama Balaputradewa.

            Pramodhawardhani, puteri raja Samaratungga menikah dengan Rakai Pikatan, yang waktu itu menjadi pangeran Wangsa Sanjaya.Sejak itu pengaruh Sanjaya yang bercorak Hindu mulai dominan di Mataram, menggantikan agama Buddha.Rakai Pikatan bahkan menyerang Balaputradewa, yang merupakan saudara Pramodhawardhani. Sejarah Wangsa Syailendra berakhir pada tahun 850, yaitu ketika Balaputradewa melarikan diri ke Sriwijaya yang merupakan negeri asal ibunya