Selasa, 15 Januari 2013

Menengok Pabrik Gula : Sebagai Wisata Edukatif bagi Masyarakat


Peran perekonomian Indonesia saat ini tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ekonomi awal  negeri ini, terutama pengaruh kolonial yang masuk dan mempengaruhi kondisi masyarakat. Terutama pada sector pengelolahan sistem ekonomi produksi.  Perkembangan ekonomi dewasa ini ternyata sudah berlangsung lama perkembangannya dari sektor agraris terutama sudah banyak dikembangankan sejak pada masa kolonial. Diantaranya pengenalan-pengenalan tanaman-tanaman hasil eksport yang banyak saat itu banyak menguntungkan pihak kolonial. Bisa dibayangkan memang, kondisi Hindia Belanda saat itu memang memiliki iklim dan tanah yang subur untuk sektor pertanian. Pada masa kolonial pengenalan tamanam eksport diantaranya adalah tanaman kopi, gula dan nila, pengenalan tamanan ini ditandai dengan sistem Tanam Paksa (Cultuure Stelsel) pada tahun 1830, yang dipimpin oleh Van Den Boch (lihat Soehartono, Bandit-Bandit Sosila di Pedesaan Jawa). Dengan adanya kebijakan tersebut, selanjutnya mulai dilakukan perluasan-perluasan lahan tanaman hasil eksport yang dikehedaki oleh Kolonial. Kebijakan ini, memberikan keuntungan yang besar bagi pemerintah Hindia Belanda  System kebijakan ini mulai dihapus, karena banyak ditentang oleh pemerintah Kolonial baik yang ada di Batavia (Jakarta) maupun pemerintah pusat dalam hal ini Negara induk (Belanda) [erdebatan ini berlangsung antara kelompok konservatif yang ingin mempertahankan kebijakan ini, dengan kelompok reliberal yang menentang, karena menganggap kebijakan Taman Paksa tidak manusiawi. Kebijakan sistem tanam paksa kemudian dihapus, serta digantikan dengan peraturan baru pemerintah pada tahun 1870an, yaitu titetapkannya UU Gula atau UU Agraria. Pada peraturan ini meulai diterapkannya sistem ekonomi liberal, dimana pihak swasta dapat mengabil bagian dalam perkembangan ekonomi kolonial pada masa itu. Pada masa inilah perkembangan di Hindia Belanda menjadi pesat dengan ditandai adanya perkembangan disegala sektor, salah satunyanya adalah sarana transportasi kereta api, perubahan transportasi dari Trandisional ke Modern ini, kemudian mempengaruhi keadaan Hindia Belanda. Selain perkembangan transportasi tersebut, berkembang pula prabrik-pabrik dengan sekala masal yang memproduksi barang-barang ekbutuhan eksport salah satunya adalah munculnya pabrik-pabrik gula baru yang ada dibeberapa tempat, salah satunya di Jawa Timur yang memiliki wilayah perkebunan tebu terluas di Jawa.
Perkembangan industri gula pada abad ke 19 menunjukan peningkatan yang signifikan, hal ini sebagai dampak ekonomi liberal yang diterapkan oleh pemrintah Kolonial , sehingga modal swasta baik lokal maupun asing ikut berperan dalam perekonomian saat itu. Dalam pengaruhnya terhadap masyarakat pribumi, berekmbangannya industri gula di Hindia Belanda juga menjadi lahan baru untuk bekerja pada sekotr tersebut. Karena pada abad akhir abad ke 19, dimana ekonomi kolonial semakin bergeliat, urbanisasi yang dilakukan oleh masyarakat desa ke kota unutk mencari pekerjaan diantaranya adalah seagai kuli angkat tebu di pabrik-pabrik pengolahan gula. Kondisi ini nampak pada kota Surabaya dimana banyak orang yang berurbaniasi ke kota sebagai konsekuensi dari banyaknya pilihan pekerjaan dikota. Menjadi kuli angkut di pabrik maupun perkebunan tebu menjadi pilihan, karena pekerjaan tersebut tidak banyak menuntut keahlian khusus serta bisa dilakukan siapa saja. Penyerapan tenaga kerja yang begitu banyak pada sektor industri gula membuktikan bahwa gula, menjadi ekononi penting dalam masyarakat kolonial pada saat itu, baik bagi pemerintahaan Hindia Belanda maupun masyarakat pribumi. Kondisi ekonomi pada sektor industri gula pada masa kolonial mulai mengalami penurunan pada peretngaan abad ke 20, ditandaidengan krisis yang melanda indonesia pada tahun 1945-1950, sebagai dampak dari perang yang berlangsung dan perebutan kemerdakaan yang menghabiskan banyak tenaga dan ekonomi.
Pada masa era Proklamasi eksistensi Gula sebagai kebutuhan pokok bagi masyarakat mulai meningkat kembali. Gula juga masuk dalam Sembilan bahan Pokok masyakarat. Hal ini menunjukan bahwa peranan gula dalam mencukupi kebutuhan masyarakat mempunyai peran fital. Maka pada saat itu upaya untuk meningkatkan Produksi Gula pemerintah melakukan upaya intensif guna mencukupi kebutuhan gula nasional. Maka pada saat ini, mulai dibangun beberapa teknologi guna menunjang hasil produksi dalam negeri maupununtuk beutuhan ekport. Peningkatan teknologi yang dilakukan juga dibarengi oleh dibukannya lahan-lahan tebu untuk peningkatan produksi. Penambahan-penambahan ini kemduian juga bertamapak positif bagi masyarakat terutama bagi terbukanya peluang ekonomi bagai masyarakat agraris untuk menjadi petani tebu. Upaya ini tentu mempunyai fungsi ganda dalam usaha pemerintah untuk memakmurkan rakyat. Pertama, sebagai pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, yang kedua sebagai peluang lapangan pekerjaan bagi petani-petani tebu.
Namun upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dengan salah satunya adalah nasionalisasi perusahaan Asing untuk dikuasai negera. Sebagai upaya untuk mensejahterakan masyarakat indonesia. Kondisi perbaikan dengan upaya tersebut ternyata mengalami penurunan, dengan semakin menurunnya produksi tebu, serta masuknya industri gula eksport di pasaran yang merugikan pabrik, serta khususnya petani tebu. Selain itu upaya pemerintah untuk merepakan bea cukai yang tinggi pada tebu juga semakin mempengaruhi produksi tebu nasional. Kemerosotan ini kemudian membuat para petani enggan untuk menanam tebu sebegai komoditi pertanian. Hingga saat ini,peran Indonesia negera pengeksport tebu mulai meredup. Bahkan kekurangan dalam mencukupi kebutuhan dalam negeri. Mengingat peran vital ini, serta dalam meningkatkan kepedulian masyarakat akan produksi gula, perlu adanya sosialisasi dan proses pembejaran bagi generasi muda tentang pentingnya peran tanaman tebu, serta pabrik yang mengolahkan dalam dinamika kehidupan masyarakat. serta tak lupa proses panjang perjalanan tebu sebagai ekonomi bangsa tentu perlu ditingkatkan dan disosialisasikan kepada masyarakat.
Untuk itu, perlu kiranya untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai peran peting gula pada masyarakat, upaya tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengembangakan potensi wisata pabrik gula yanga ada di indoensia khususnya di jawa timur. Pabrik gula yang terdapat beberapa tempat, umumnya memiliki usia yang sudah cukup lama, artinya pabrik-pabrik gula saat ini yang sedang beroperasi beberapa diantaranya adalah warisan kolonial. Pabrik- pabrik inilah nantinya dapat dikembangan sebagai sarana  wisata rekreasi sejarah bagi masyarakat umum. Dalam menunjang peran wisata sejarah pada pabrik-pabrik gula warisan kolonial ini, perlu digunakan beberapa metode untuk menyukseskan wisata tersebut.
Pertama, memperkenalakan wisata sejarah kepada anak-anak SD, dengan sistem Praktek Kerja Lapangan. Dalam praktek kerja ini, nantinya anak-anak sekolah dasar diberi wawasan mengenai seluk beluk didalam pabrik, seperti contoh pengenalan alat-alat pabrik yang digunakan oleh pabrik gula tersebut pada masa kolonial. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi pabrik gula pada masa itu,serta dapat membedakannya dengan teknologi yang digunakan oleh pabrik pada masa sekarang. karena pembelajaran dengan metode praktek ini, menarik untuk dilakukan kiranya, mengingat saat ini kencendurungan siswa belajar hanya menggunakan teori-teori yang diperkenalakan oleh gurunya sehingga terkesan jenuh. Selain itu pada masa pertumbuhan anak-anak mereka senang melakuan aktifitas diluar rumah, seperti bermain, dan sebagainya. Hal inilah nantinya akan akan memberikan peluang yang menarik pada  anak-anak dengan menggunakan praktek secara langsung. Dengan pengenalan berbagai alat tadi, juga dapat merangsang anak untuk memainkan imajinasi mereka terhadap persitiwa yang telah berlalu dengan menginterprestasi pada masa kini. Dalam praktek langsung siswa juga dapat belajar secara ekploratif mengenai kondisi pabrik gula dari masa ke masa.
Kedua, untuk memberikan rasa sense of belonging kepada masyarakat umum, khususnya anak-anak muda, dalam mengeksistensikan kembali pabrik gula sebagai wisata sejarah, dapat juga kita memberikan peluang berbasis kompetens semisal di adakannya fotografi di area Pabrik gula tersebut. Hal ini sebagai tujuan agar menarik minat generasi muda umumnya yang meminati bidang pemotretan dapat berkontribusi dalam lomba ini. Nantinya hasil karya-karya lomba akan dipublikasikan didalam pameran-pameran foto yang diselenggarakan oleh pameran-pameran foto umum, oleh perusahaan. Agar potensi pabrik gula sebagai sarana wisata sejarah dapat diapresiasi oleh masyarakat secara luas. Fotografi ini selain sebagai media promosi juga dapat sebagai sumber arsip keadaan yang tentunya akan berguna dimasa yang akan datang.Terakhir, untuk dapat memaksimalkan kedua solusi yang terdapat pada uraian diatas, perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana juga harus dibangun oleh pemilik Prabik gula, semisal menyimpan benda-benda atau alat-alat produksi yang sudah tak terpakai pada ruangan khusus, atau memberikan tempat semacam museum industri pabrik tersebut. Dengan menggunakan penambahan  prasarana pada pabrik gula semacam museum tersebut nantinya juga akan dapat menarik pengunjung lebih banyak untuk datang berkungjung selain dapat melihat proses pengolahan tebu yang masih beroprasi, kemudian menambah wawasanya dengan berkunjung kesalah satu bagian pabrik tersebut, yaitu museum.






Sabtu, 05 Januari 2013

“ Pemberontakan PKI Madiun Tahun 1948 “

Makalah Ini di susun Oleh :
Edi Susilo    Lingga Metarino      Dewi Rahmawati    Aji Destiawan     
Azngat Zamzami    Rizky Nugroho      Andik Prasetyawan



Latar Belakang Masalah
Partai Komunis Indonesia (PKI) merupakan salah satu partai besar yang muncul pada tahun awal kedua abad ke-20.Kemunculan partai ini memiliki sejarah panjang dalam masa pergerakan nasional di Indonesia. Partai ini berdiri dengan menggunakan nama PKI pada tahun 1920. Namun sebelumnya gerakannya sudah terlihat jauh sebelum organisasi ini terbentuk.Organiasasi yg bersifat “radikal” di Hindia Belanda pada waktu itu adalah ISDV”INdische Sosiale Democratie Veereningen” pada tahun 1913.Organiasi yang didirikan oleh Sosialis Belanda ini, Sneevlit. Pada mulanya bergerak sebagai partai buruh kereta api yang menolak system out-sorsing. Kemudian partai ini mulai mendapat simpati dari anggota SI (sarikat Islam) yang bersifat Progesis, di antaranya adalah Semaun,Darsono yang pada akhirnya mendirikan memisahkan diri dari SI, karena menganggap Organiasi tersebut tidak progresif serta lebih bersifat Kooperatif terhadap pemeritah kolonial. Di Eropa pada tahun 1917 telah meletus revolusi di Rusia dan mendirikan republic yang berhaluan Komunis Aliran Komunis ini mudah mendapat perhatian dari bangsa yang terjajah, karena dalam menifes dari komunis Rusia yang dikeluarkan apada tahun 1919 telah dinyatakan bahwa pembebasan-pembebasan Negara-negara yang terjajah, hanya dapat tercapai dengan pembebasan kaum buruh di Eropa. Jadi nasib atau kekuasaan dari kaum buruh ditegaskan ada erat sangkut-pautnya dengan pembebasan dari bangsa-bangsa yang terjajah.
Perkembangan kaum buruh pada periode ini memang sangat revolusioner, hal ini memang menjadi salah satu semangat jaman.Yang saat itu dalam kondisi persiapan untuk melakukan konsolidasi.Kepercayaan PKI untuk segera melakukan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial karena diakibatkan oleh semangat partai yang serupa di di Rusia yang merupakan basis Komunis di dunia.Pergerakannya di Indonesia menjadi organiasasi masa yang besar dan berpengaruh pada saat itu.Karena sebagian besar simaptisan partai ini adalah para kaum buruh dan petani yang merupakan kelas tertindas saat itu.Kaum buruh pada masakolonial memang memilki kuantitas yang besar, mengingat intensifnya pemerintah dalam membangun perusahaan di Indonesia. Buruh tersebut ada yang menjadi pegawai perusahaan, semisal buruh kereta api, pos, dsb. Namun juga terdapat buruh yang bersifat lepas, semisal buruh pabrik tebu, pelabuhan yang mereka datang dengan sendirinya tanpa adanya pelatihan atau keahlian dalam bidang tersebut.
PKI dalam kongresnya pada tahun 1920 di Semarang mengambil 2 keputusan penting, yaitu:
1.      Keputusan yang menyatakan dengan tegas bahwa PKI di Indonesia menggabungkan diri kepada Comunistische Internationale yang dengan singkat di sebutkan Comitern.
2.      Pada kongres ini di putuskan ingin bekerja sama dengan pemerintah Hindia Belanda dengan mengirimkan wakil wakilnya di dalam Badan Perwakilan.
              Dengan disetujuinya perjanjian Renville maka wilayah Republik Indonesia semakin berkurang dan semakin sempit, ditambah lagi dengan blokade ekonomi yang dilakukan oleh Belanda. Oleh karena itu pada tanggal 23 Januari 1948 Amir Syarifuddin menyerahkan mandatnya kepada presiden Republik Indonesia. Presiden kemudian menunujuk Moh. Hatta suntuk menyusun kabinet. Hatta menyusun kabinet tanpa campur tangan golongan sayap kiri atau sosialis.[1]

Partai Komunis Indonesia (PKI) pada awal tahun 1923 sudah memilki banyak pengikut dari berbagai golongan masyarakat yang ada, terutama masyarakat kelas bawah.Dalam perkembangannya PKI mulai melakukan tindakan otensif terhadap pemerintah kolonial.Peristiwa tersebut terjadi dan meletus di Banten pada tahun 1925-1926.Yang meluas kebeberapa daerah sekitarnya.Peristiwa ini dilatarbelakangi tindakan kerusuhan yang terjadi antara pemrintah, sararan pemerontakannya adalah pegawai-pegawai kolonial yang bertugas diwilayah tersebut. Terjadi pula serangan terhadap bupati yang bersifat kooperatif .dalam periswita ini, peminpin pemberontakan adalah orang-orang besar atau ulama yang ingin menumpas kekafiran. Sehingga dalam kasus ini tema yang diangka adalah perang melawan orang kafir, yang diindentikan dengan orang-orang kolonial Eropa.

Peristiwa Madiun 1948
Pada tahun 1947 terjadi perubahan dalam strategi gerakan komunis internasional yang dipimpin oleh Stalin. Strategi komunis yang menganjurkan front persatuan antara semua kekuatan anti fasis ditinggalkan dan diganti dengan strategi baru yang secara tegas membagi dunia dalam dua kubu, yakni kubu imperialis yang anti demokrasi dipimpin oleh amerika serikat dan kubu Anti imperialis yang demokratis di pimpin oleh uni soviet. Pergantian strategi itu dijalankan dengan pembentukan biro informasi komunis yang lazim disebut dengan cominform pada tanggal 22 september 1947 di warsawa. Perubahan ini sontak membuat para Negara anggota komunis segera berganti haluan.
Sementara itu di Indonesia, Amir Syarifudin seorang menteri yang merangkap sebagai menteri pertahanan menyusun sebuah konsep tentara merah Uni Soviet. Keinginan dan bayangan Amir Syarifudin akan terwujudnya konsep tentara merah harus kandas karena konsep itu langsung ditolak secara mentah oleh Jendral Soedirman dan Jendral Oemar Soemoharjo. Kedua Jendral itu langsung menjelaskan bahwa Tentara Republik Indonesia (TRI) adalah tentara rakyat dan tentara pejuang, bukan tentara model asing apalagi model tentara merah.Konsep itu ditolak namun Amir Syarifuddin sebagai menteri pertahanan masih memiliki wewenang untuk tetap melanjutkan konsep tersebut.Dia menciptakan pendidikan politik tentara yang menjadi lembaga yang memberikan pendidikan politik atau sejenis komisaris Dalam angkatan bersenjata politik di Negara-negara komunis.Tujuan dari perpolit adalah untuk menanamkan pengaruh komunis dalam kalangan anggota tentara.Untuk melancarkan tujuannya anggota perpolit diberikan pangkat dalam militer.
Pada bulan Juli 1947 Presiden Soekarno mengeluarkan perintah untuk melebur TRI dan lascar-laskar lainnya menjadi satu dan berganti nama menjadi TNI. Penggabungan ini tentunya sangat merugikan bagi kepentingan-kepentingan komunis.Oleh karena itu orang-orang komunis tetap melakukan usaha untuk tetap memiliki kekuatan persenjataan yang berada langsung dibawah pengaruh komunis.Untuk mewujudkan itu, pada bulan agustus 1947 Amir Syarifuddin membentuk TNI masyarakat dan Direktorat Jendral Angkatan Laut di Lawang dengan pimpinan Atmadji.Atmadji adalah bekas sekertaris Gerindo.Direktorat ini membentuk tentara Laut Republik Indonesia (TLRI).Melalui organisasi-organisasi tersebut kaum komunis berusaha mewujudkan keinginannya untuk membentuk angkatan bersenjata[2].
Namun mimpi hanya menjadi mimpi, usaha Kaum komunis untuk menguasai TNI dibawah pengaruh mereka dapat digagalkan oleh Panglima Besar Jendral Soedirman dan kepala stafnya Letnan Jendral Oerip Soemoharjo.Kegagalan itu seakan menjadi cambuk bagi kaum komunis.Gagal menguasai melalui jalur kekuatan orang-orang komunis merubah strategi mereka yakni dengan mencoba menguasai TNI melalui jalur parlementer.
Pada akhir desember 1947. Z baharuddin, anggota KNIP dan kawan Separtai Amir Syarifuddin menyampaikan pada pemerintah Mosi Rasionalisasi Angkatan perang yang berisi sebagai berikut:
1.      Rasionalisasi dalam kesatuan angkatan perang
2.      Menteri pertahanan bertanggung jawab penuh terhadap masalah anggkatan perang, baik dalam hal organisasi maupun dalam hal siasat
Mosi ini diajukan dengan tujuan untuk menguasai Angkatan perang sebagaimana telah lama diidam –idamkan oleh kaum komunis.Dengan mengigat kondisi angkatan perang saat itu, tampaknya mosi ini sangat cukup simpatik dan rasional. Partai-partai lain rupanya setuju dengan mosi itu karena mereka tidak memahami apa yang menjadi tujuan kaum komunis yang sesungguhnya.
Setelah persetujuan Renvile yang dihasilkan oleh Kabinet Amir Syarifuddin ditolak oleh KNIP, cabinet Amir syarifuddin jatuh. Peristiwa ini merupakan titik balik dari gerakan kaum komunis dalam segi politik maupun dari segi militer. Dengan jatuhnya Amir syarifuddin rencana kaum komunis mengalami kemunduran. Memang rasionalisasi masih dilanjutkan oleh cabinet selanjutnya, namun dengan konsepsi yang sangat berbedadari konsepsi komunis.Konsepsi baru ini justru mencegah berkembangnya kekuatan golongan-golongan komunis.Konsep itu adalah Re-Ra yang digawangi oleh Moh Hatta.
PKI tentu saja tidak setuju dengan Re-Ra. Mereka menghimpun kekuatan untuk menghentikan dan menolak Re-Ra. PKI mengadakan penyusupan dibeberapa partai dengan tujuan dapat menanamkan ideology mereka.Keberhasilan ditandai dengan terpecahnya partai sosialis yang dipimpin oleh Sutan Sjahir menjadi dua kubu, kubu pro komunis dan kubu kontra komunis. Bukan hanya PKI, Amir Syarifuddin juga mengumpulkan kekuatan golongan kiri untuk menentang Re-Ra. Semua partai yang pro akan komunis bergabung dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR).


Gejolak PKI Madiun
Pada saat suasana sedang bergejolak akibat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh FDR, datang seorang tokoh komunis muda bernama Suripno, ia datang dari kongres pemuda di Praha, ia datang dengan membawa seorang sekretaris bernama Suparto, yang ternyata orang tersebut adalah Muso, seorang tokoh pelarian dari Indonesia dan melarikan diri ke Moskow sejak 1926. Dan kembali ke Indonesia pada tahun 1935, namun kemudian ia melarikan diri kembali ke Moskow pada tahun 1936. Sejak awal kedatangannya ia lalu mengambil alih pimpinan kaum komunis Indonesia dan mencetuskan konsepsinya dengan nama “Jalan Baru Republik Indonesia”, yang berisi:
·         Hanya boleh ada satu partai yang berlandaskan Marxisme-Lenimisme, oleh karenanya partai-partai yang berada dibawah naungan FDR, harus rela dijadikan partai yang tugasnya hanya membantu urusan politik PKI.
·         Partai Komunis harus menyelenggarakan Front Persatuan Nasional, yang dipimpin oleh Muso sendiri, konsepsi ini dengan patuh dilaksanakan oleh Amir Syarifudin, Setiadjit dsb., sehingga semua partai dibawah FDR semuanya tergabung kedalam PKI.
Pada tanggal 1 September 1948, Comite Central Partai Komunis Indonesia (CC PKI) pertama dibentuk dengan Muso sebagai ketuanya menggantikan Sardjono, ia mengangkat Mr. Amir Syarifudin sebagai sekretaris urusan pertahanan, Suripso menangani urusan luar negeri, M.H. Lukman seorang tokoh muda PKI diangkat sebagai Pemimpin Sekretariat Agitrasi Dan Propaganda (AgitProp). Tokoh lainnya seperti Aidit dipercaya untuk menangani urusan perburuhan, dan Njoto diangkat untuk menjadi Wakil PKI dalam badan pekerja KNIP.
Semua tokoh-tokoh yang telah dipilih oleh PKI, kemudian melakukan Pidato-pidato ke daerah-daerah, seperti di Yogyakarta, Solo, Sragen dan Madiun, dalam orasinya mereka menggembar-gemborkan tentang janji-janji muluk PKI, dan juga dengan nada yang membakar emosi massa, bahkan Muso didepan rakyat berpidato dengan nada mengancam kepada pegawai pemerintah dan tokoh yang berasal dari luar PKI, aksi-aksi mereka ini bertujuan untuk menurunkan derajat pemerintah RI, dan SOBSI melaksakan pemogokan di Delangu. Aksi kerusuhan lainnya kemudian menyusul, misalnya di Solo yang diwarnai dengan penculikan, pembunuhan dan teror bersenjata. Banyak tokoh yang menentang kemudian dibunuh seperti Kolonel Soetarto dan  dr. Muwardi.
Pasukan-pasukan yang menentang re-ra karena hasutan PKI kemudian  melakukan serangan-serangan terbuka, terutama setelah TLRI dan Pesindo bergabung didalamnya, pada tanggal 18 September 1948 mereka kemudian melakukan serangan kepada TNI, yang pada waktu itu Fokus perhatian TNI sedang berada di Solo[3]. PKI dibawah pimpinan Sumarsono dan Kolonel Djokosujono melakukan perebutan kekuasaan di Madiun dan memproklamirkan berdirinya “Soviet Republik Indonesia”.Pada tanggal 19 September 1948 Muso membentuk Front Nasional, yang mengakibatkan pasukan TNI terdesak dan kemudian menyingkir keluar dari Madiun. Dalam hal ini tentunya apa yang telah PKI lakukan menyalahi Proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, dan dengan singkat pemberontakan PKI Madiun yang dipimpin oleh Muso ini telah menguasai beberapa sektor penting seperti Kantor-kantor pemerintahan, Markas Teritorial Komando Madiun, Kantor Pos dan Staf Pertahanan Djawa Timur (SPDT), dalam aksinya mereka dengan membabi buta, penyiksaan dan pembunuhan diluar batas kemanusiaan, mereka membantai habis orang-orang baik dari golongan pemerintah maupun rakyat biasa yang menolak dan kontra dengan PKI.  Kolonel Djokosujono kemudian diangkat menjadi “Gubernur Militer”, dan dengan singkat PKI menguasai Madiun, Kabupaten Purwodadi, dan Kecamatan Cepu.
Setelah peristiwa ini pemerintah RI kemudian melakukan perundingan dan pidato yang isinya mempersilahkan rakyat untuk memilih, antara Muso dengan rencana pembentukan Soviet Indonesia-PKI ataukah memilih Soekarno-Hatta sebagai pemimpin RI yang sah pada waktu itu, dan rakyat kemudian memilih Soekarno-Hatta, pemerintah kemudian mengambil langkah sigap dengan mengerahkan pasukan TNI untuk menumpas PKI dan seluruh antek-anteknya, baik yang berada di wilayah territorial maupun yang diwilayah pedalaman yang terlibat dengan PKI.  


Selayang Pandang Tentang PKI
            Seorang aktivis politik yang berhaluan Marxis berkebangsaan Belanda bernama H.J.F.M. Sneevliet tiba di Hindia Belanda dari negeri Belanda.Merupakan sebelumnya pemimpin organisasi buruh angkutan dan anggota Sociaal Democratische Arbeiders Partij (SDAP). Awal masuk di Indonesia ia bekerja sebagai anggota Staf Redaksi Warta Perdagangan Soerabajasche Handelsblad, Sebuah surat kabar millik sindikat perusahaan gula di Jawa Timur. Di semarang terdapat organisasi buruh kereta api, Vereniging van Spoor en Tramsweg Personeel (VSTP) dan ia menjadi sekertaris pada Semarangsche Handels Vereniging, menggantikan pejabat lama D.M.G. Koch. Sneevliet berhasil menamnakan pengarauh kedalam organisasi VSTP tersebut dan membawa VSTP kearah aktivitas aktivitas yang radikalatau setidak tidaknya menjadikan VSTP sebagai media penyebarluasan Marxisme di Hindia Belanda, antara lain melalui surat kabar VSTP, De Volharding (Keyakinan).
            Pada tahun 1917 golongan komunis berhasil melaksanakan revolusi di Rusia.Peristiwa ini kemudia dimanfaatkan secara maksimal oleh Sneevliet yang dengan terang-terangan menyerukan agar penganut Marxisme di Indonesia mengikuti Rusia.Selain menyusupi SI, ISDV secara rahasia juga mengadakan penyusupan ke semua lapisan masyarakat Indonesia, termasuk kepergerakan kaum buruh dan bahkan dikalangan tentara Belanda.Aktivis ISDV yang juga menamakan dirinya kaum merah, memperalat serdadu-serdadu dan pelaut-pelaut untuk berdemokrasi melawan polisi. Demikian juga surat kaabr ISDVmemuat hasutan hasutan, agar dikobarkan pemberontakan dan dikibarkan bendera merah. ISDV mendorong pula tokoh-tokoh nasionalis dan organisasi seperti Boedi Utomo, Insulide dan SI untuk menuntut pemerintahan Hindia Belanda menggantikan Volksraad dengan parlemen rakyat. Hal ini membuat pemerintahan Hindia Belanda kemudian mengambil tindakan tegas dengan jalan mengusir Sneevliet dari Hindia Belanda pada tahun 1918, kemudian menyusul Brandsteder pada tahun 1919, Bears pada tahun 1921, dan sisa-sisa kelompok radikal lainnya pada tahun 1923.
Setelah PKI merasa bahwa pengaruhnya didalam tubuh SI cukup besar, maka PKI mulai memanfaatkan pengaruhnya untuk mengeerakan massa rakyat, dengan mengunakan bendera SI Belanda. Hal ini yang memang merupakan salah satu tujuan perjuangan SI untuk mengusir penjajah Belanda, sedangkan tujuan perjuangan PKI adalah mewujudkan masyarakat komunis di Indonesia. Upaya PKI tersebut berhasil mencetuskan pergolakan rakyat di beberapa tempat, yaitu pada tanggal 12-14 November 1926 di Karesidenan Jakarta, tanggal 12-18 November 1926 di Priangan, tanggal 17-23 November 1926 di Surakarta, tanggal 12 November – 15 Desember 1926 di Kediri, dan tanggal 1 Januari – akhir Februari 1927 di Silukang, Sumatra Barat.
Sejak gagalnya pergolakan rakyat melawan pemerintahan Hindia Belanda dalam tahun 1926-1927, kegiatan PKI tidak muncul kembali.Demikian pula setelah pecahnya perang dunia kedua dalam tahun 1939 di Eropa dan dalam tahun 1941 di Asia Timur, serta di dudukinya Indonesia oleh pasukan Jepang.Menurut Pandangan gerakan komunisme internasional, dalam perang dunia ini yang berhadapan adalah musuh musuh komunisme, yaitu kubu kapitalisme Eropa Barat-Amerika Serikatberhadapan dengan kubu Naziisme-fasisme Jerman, Italia dan Jepang.Dalam taraf awal, Uni Soviet sebagai “tanah air sosialisme” mengambil sikap netral dan mengadakan perjanjian tidak saling menyerang dengan Jerman Nazi.Namun dalam tahun 1940 jerman nazi justru menyerang Uni soviet, yang secara militer tidak siap menghadapi serangan ini. Uni soviet menerima bantuan militer dalam jumlah besar dari Amerika Serikat dalam rangka program “Lend Lease”.
Aktivitas aktivitas PKI mulai muncul sejak tahun 1947, ketika komunisme internasional kembali kepada doktrin Zhdanov dan sesuai dengan garis tersebut PKI menentang semua langkah lagkah diplomatic RI dengan Belanda. Demikian dalm tahun tahun sulit menjelang Proklamasi Kemerdekaan dan selama perang kemerdekaan, baik gerakan komunisme Internasional maupun PKI di Indonesia tidak pernah mempunyai sikap yang menguntungkan Republik Indonesia. Dalam tahun 1948, gerakan komunisme internasional ini bahkan mendatangkan muso dan suripno yang kemudian melakukan pemberontakan di daerah Madiun pada tahun 1948.
Pada peristiwa pemberontakan madiun terjadi pertentangan pertentangan antara partai golongan “Murba” (antara lain anggotanya GRR dan barisan Banteng) dengan partai-partai dari golongan FDR (Front Demokrasi Rakyat terdiri dari PKI, partai buruh, Pesindo dan lain-lain). Keduanya menamakan diri sebagai partai kiri anti imperialis.Pertentangannya antara lain soal pro dan anti Linggarjati.Selain itu juga pertentangan antara pimpinannya.


AKHIR PEMBERONTAKAN PKI
Saat jatuhnya madiun maka ini berarati jatuhnya ideology terhadap adanya pemeberontakan yang dilakukan oleh musu yang ada dimadiun bahwa suadah bebas dari pemberontakan pki. Bahawa kita ketahui pemberontakan ini sangat luar biasa dalam perlakauan terhadap ideologin yang dibuat oleh pki maka banyak hal yang dalam perlakuaknnya terhadap rayata dan para pemberontakan buruh.
  Madiun yang jatuh  dan  selangkah  demi selangkah pasukan oleh pasukan pemerintah dan TNI banayak nya pasukan yang mudur dari para pki sendri yang lari kepelosok-pelosok desa karena sangat takaut terhapap para pasukan yang ada pada tentara pemereintah yang di suruh mengahancurkan mereka sehingga pasukan pki pimpinnan muso` melakuakn dan menyerah dengan umumana sebagai berikut. Mereka memeberikan dan mengumumkan kekalalah yang mereka derita ini adalah lah yang luar biasa terhadap adanaya sebuah ideology baru yang ada pada masyarakt yang terjadi pada rakyat bahakan ini sebagai sebauah catatan nasionala yang memilukkan kepada yang ada pada pemberontakan yang terjadi di madiun sendiri. Karena melihat teman-temanya di bantai mereka meraa kasihan karena adanya hal m,emilukan pada diri mereka oleh kareba itu mereka memnyerah dan memenusi snyarat yang kan dimpuni sehingga mereka dapat lolos dana hidup mereka kan selamata. Syarat yang diajukan sebagai berikut:
1. Menghadap kepada komandan pasukan tentara RI yang  terdekat  dengan membawa  bendera merah putih; senjata tidak terhunus, senapan dan lain-lain senjata agar ditujukan ke bawah. 
2. Jika  lebih  dari  satu  orang,  harus  dalam  formasi                                                   militer  dengan  salah  satu  yang  tertinggi  pangkatnya atau tertua menjadi penanggungjawab. 
3. Senjata-senjata yang dibawa harus diserahkan ke-pada komandan tersebut. 
4. Senjata  yang  disembunyikan  atau  yang  diketahui disembunyikan harus diberitahukan tempatnya. 
5. Kepada masing-masing  komandan  seksi  ke  atas yang berada di bawah pimpinan kami; 
a.  Yang menyerah menurut syarat-syarat  ini dijamin jiwanya dan segera teruskan kepada kami.
b.  Yang tidak memenuhi syarat-syarat ini kejar terus dan perlakukan menurut perintah order harian kami yang sudah-sudah.
c.  Yang  mengkhianati  syarat-syarat  ini,  yaitu menggunakan  syarat-syarat  tersebut  sebagai akal menyerang supaya dibinasakan[4].
     PENUTUP

3.1 Kesimpulan
                 Adanay sebuah ideologi baru terhadap kekuasaan  yang ada pada peristiwa pada tanggal 18 September 1948 adalah awal perubahan bagai para pemberontak yang terkjadi di wilayah madiun banyak hal yang dapat kita liwat peris tiwa apa sajakah yang terjadi di situ macam apa yang ada pada peristiwa twrjadinya PKI. Kita tau bahwa pki juga merubaha adanya fungsi yang teradi dalam pemberontakan seperti tempat-tempat penting di kota Madiun, seperti Kantor Pos, Gedung Bank, Kantor Telepon, dan Kantor Polisi Dalam gerakan ini kesatuan PKI telah melakukan pembunuhan terhadap dua orang pegawai pemerintah dan menangkap empat orang militer.
3.2 Saran
          Persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia dalam menghimpun kekuatan sangat penting untuk melawan pemberontakan. Bahwa perasatuan lah paling besar kaitanya dengan terjadinya awal pembentukan dan terjadinya hal dalama perannan politk dalam kekuasaan maka dalam peris tiwa ini dapat kita jadikan sebagai tauladan terhadap adanya perubahan dan persatauan agar tidak lagi terjadi pemberontakan









DAFTAR PUSTAKA

Menteri /sekertaris negara republik Indonesia. 30 tahun Indonesia Merdeka 1945-1949. Jakarta: Tirta pustaka.

Susatyo, Rachmat. Pemberontakan PKI-Musso di Madiun 18-30 September 1948. Bandung: Koperasi ilmu pengetahuan sosial, 2008

Dr. A.H. Nasution, Sedjarah Perdjuangan Nasional Indonesia, Jakarta: Mega Book Store, 1966
Dimjati, Muhammad. Sedjarah Perdjuangan Indonesia, Widjaja, Jakarta: Widjaja, 1951

Pemuda Indonesia dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: Sinar Bahagia 1984



[1] Menteri /sekertaris negara republik Indonesia . 30 tahun Indonesia Merdeka. 1945-1949. Tirta pustaka. hal

[2] Rachmat Susatyo. Pemberontakan PKI-Musso di Madiun 18-30 September 1948. Koperasi ilmu pengetahuan sosial.2008. hal 52

[3] Dr. A.H. Nasution, Sedjarah Perdjuangan Nasional Indonesia, Mega Book Store, Jakarta, 1966, hal. 131-132

[4] 187
Dokumen Semdam VII/Diponegoro  No. 18 (10)  II,  Sedjarah TNI Periode  II
Tahun 1948-1950, disusun oleh Sem Menif 15, hal. 12.