Pemikiran
Marxisme pernah mengguncangkan dunia sejak awal abad ke-20 banyak
pemikir-pemikir filsafat abad ke-19 terpengaruh oleh begawan yang menemukan
teori perjuangan masyarakat tersebut. Karl Marx, pokok pemikir abad ke-19 yang
karyannya kemudian dikembangkan oleh banyak pemikir selanjutnnya. Hal ini yang
kemudian di tangkap oleh Franz Magnis dalam upayannya memberikan pencerahan
dengan menggunakan pendekatan konprehensi dari perkembangan pemikiran Marxisme.
Sistem
produksi yang berbeda dari abad sebelumnnya kemudian memunculkan penguasa baru,
yakni kaum borjuis kota sebagai pemilik industri dan kaum ploletar (kaum buruh)
sebagai akses produksi. Kelas Borjuis pemilik modalah yang kemudian diserang
oleh Marx dalam pemikirnnya yang menganggap sebagai kelas penghisap dan
penimbun kekayaan. Dalam analisis teorinnya Marx menjelaskan pengenai
perkembangan dunia kedepannya yang akan menciptakan suatu masyarakat tanpa
kelas yang terperinci dalam Materialisme-Historis pemikirannya.
Hemegomi dan Perpecahan
Pemikiran
pemikiran pokok diatas khususnnya materialimse historis, di konseptualisasikan
oleh pemikir-pemikir abad kedua puluh dengan menerapkan teori tersebut kedalam
suatu gerakan praksis yang terkenal adalah gerakan komunisme di Rusia yang
diciptakan oleh Lenin dalam Revolusi Bolsevik. Kemenangan kelas buruh ini
kemudian mencengangkan mata dunia sekaligus menjadi inspirasi oleh
negara-negara yang mendapatkan tekanan kapitalisme kuat. Suatu revolusi
proletar adalah tanggapan atas teori Marx dengan cara mempercepat tahapan
sejarah umat manusia.
Di
soviet, paham ini kemudian menjadi paham yang otoriter kepada rakyatnnya dengan
melakukan segala macam teror dan doktrinasi dengan menerapkan ideologi
Marxisme-Leninisme sebagai ideologi resmi Soviet. Penekanan ini dilakukan
menyeluruh diberbagai negara gabungan dan Stalin sebagai poros organisasi
melarang mengkritisi ideologi tersebut. Lebih jauh, orotitas pusat memaksa
untuk tidak membaca dan merevesi karya Marx sendiri, selain yang telah
diciptakan Lenin. Penekanan ini kemudian melahirkan babak baru dalam beberapa
negara komunis dan luar komunis untuk tetap suatu gerakan baru dengan
menentukan jalan sendiri.
Mao, Marxisme dan Cinaisasi
Mao
Zedong memiliki dua kenangan bagi rakyat Cina, sebagai pimikir dan bapak
revolusi Cina tahun 1949. Mao sejak muda telah tertarik dengan ideologi
Marxisme karena semangat zaman telah mendorongnnya untuk menikmati idoelogi
tersebut sebagai kekuatan revolusioner. Titik tolak Mao dalam memahami komunisme
untuk melawan gerakan kapitalis. Dengan membaginnya menjadi tiga pokok penting
perlawan sosialisme sebagai dimensi global untuk melawan kapitalisme. Kedua, dimensi Dunia Ketiga, dalam arti
kapitalisme adalah sistem yang paksankan oleh kekuatan luar “hegemoni koloni”.
Ketiga, dimensi nasional akibat sistem kapiltasme sebenarnnya adalah suatu
ucaha untuk membentuk Cina dalam model
Asing (Magnis:2013,100). Menyadari kondisi Cina berbeda dengan negara Soviet
dalam cakupan dimensi nasional, membuatnnya berfikir untuk menentukan jalan
sendiri dengan mencoba tidak tergantung sepenuhnnya dengan gerakan komunis
Soviet.
Anggapan
untuk menentukan jalan sendiri untuk sebuah kemerdekaan Cina dimulai dengan
penekanan pada revolusi didasari oleh kondisi paksis. Menurutnnya, teori
bukanlah landasan untuk melakukan sebuah tindakan sebaliknnya teori harus
menyesuuasikan dengan kondisi realitas masyarakat (paksis). Dalam pemikiran,
Mao juga dikenal dengan upayannya menggunakan teori “ Kontradiksi”. Menurutnnya
semua hal bersifat yang ada di dunia mempunyai kontradiksi masing-masing, tidak
ada benda satupun yang keberadaannya tidak merupakan sebuah kontradiksi.
Kedua
pemikiran ini kemudian melahirkan gerakan Mao mengenai “Garis Massa” sebagai
pokok titik tolak sebuah gerakan melawan kolonialisme. Perjungan bukan
merupakan konsepsi-konsepsi pribadi, keinginan dan kebutuhan massa menjadi
pendorong dominan. Semua gerakan akan dikembalikan kepada kebutuhan masa,
partai harus menyesuaikan gerakan massa. Dalam pendekatan Marxismennya
kemudian, Mao menggunakan basis massa dengan dominasi petani. Kecondongan akan
gerakan petani, disadrinnya akibat kelas ploletar tidak kuat di Cina.
Marcuse, kritik Kapitalisme Modern
Marcus
berbeda dengan Mao, pemikirannya lebih didesikasikan kepada pemahaman dakn
kritik realitas yang terjadi kepada ideologi kapitalisme yang menyeruak dan
mulai mendominasi ketika perlahan ideologi tandingannya komunisme mulai pecah
dinegara anggotnnya. Pemikiran Marcuse lahir atas semangat baru yang dimulai
oleh intelektual di Jerman mengenai gerakan Kritik, dengan mendirikan institut
penelitian-penelitian sosial yang kemudian dikenal sebagai Mahzab Frankurt.
Meski pemkirannya berawal dari institusi ini, Marcuse tidak benar-benar seragam
dengan orang-orang dalam istitut ini.
Pemikiran
Marcuse yang ditujukan kepada masyarakat kapitalis Maju dengan mengatakan
kekuatan tersembunyi dalam menghemoni manusia. Anggap ini ddasarinnya akan
masyarakat yang terlihat berdimensi satu. Kapitalisme modern dengan berbagai
teknologinnya mengembangkan masyarakat akan sikap-sikap arfimatif semu dan
menjadikannya dominan sedang dimensi negatif disembunyikan. Peratannyaan yang
kemudian muncul adalah mengapa dimensi negatif begitu mudah dihilangkan,
Marcuse menjelaskan karena keberhasilan masyarakat untuk membawa Modernitas
dengan titik pangkal: rasionalistas dan kebebasan.
Buku
ini hadir menyambut pembaca dengan masih menggunakan bahasa yang sering
digunakan oleh Franz dalam buku-buku sebelumnnya dengan mudah ia menjalaskan
apa itu Marxis dan bagaimana ia diciptakan sekaligus merupakan buku terakhir
dari trilogi dari “Pemikiran Karl Marx: Dari Sosialisme Utopis
ke Perselisihan Revisionisme dan buku kedua, Dalam Bayang-banyang Lenin: Enam Pemikir Marxisme dari Lenin sampai Tan
Malaka”. Lebih jauh buku ini sekaligus menjawab pertannyaan yang
dilontarkan dari beberapa kritik dari kedua buku sebelumnnya oleh para pembaca
dengan gaya khas Franz.