Pemerintahan
kesultanan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda adalah pada tahun 1607-1636.
Yang sebelumnya ia dipenjara oleh sultan Ali Ri’ayat Syah karena ia tidak
setuju terhadap pemerintahannya. Iskandar muda melihat bahwa sultan Ali tidak
Cakap dalam menangani masalah perampokan dan bahaya kemiskinan yang di derita
oleh rakyat Aceh. Hal itulah yang dilirik oleh Portugis yang melihat bahwa
pemerintahan Aceh sedang lemah, dan berusaha menyiapkan armadanya untuk
menyerang Aceh. Melihat kondisi tersebut Sultan Iskandar Muda mengirimkan surat
kepada Sultan Ali agar membebaskannya, agar ia bisa membantu menyerang Portugis
permintaanya itu dikabulkan sehingga Ia dibebaskan. Yang kemudian pada tanggal
4 april 1607 ia berhasil mengusir Portugis dari Aceh. Setelah peristiwa tersebut Ia berhasil
menduduki kerajaan dan menjdi Sultan yang menggantikan Ali Ri’ayat Syah. Pendudukan
kerajaan tersebut didukung oleh orang-orang besar. Salah satu keunggulan dari
pemerintahan Sultan Iskandar muda adalah keberaniannya untuk melawan para
penjajah yang ingin menguasai perdagangan di Nusantara. Hal inilah yang
mempengaruhi kebijakan-kebijakan sultan untuk mengatur perdagangan.
Sejak Iskandar
Muda naik tahta perubahan-perubahan besar yang terencana berlaku dengan cepat.
Terutama kemajuan ekonominya, Ia menyimpulkan bahwa produk-produk hasil bumi
Nusantara merupakan bahan yang menjadi rebutan oleh orang-orang Eropa. Bahan
komoditi ekspor yang bernilai tinggi diantaranya adalah emas dan lada yang pada
saat itu banyak terdapat dikepulauan Sumatra.
Selain itu pada masa
pemerintahannya Aceh memiliki kekuaatan militer yang sangat kuat maka tidak
heran Sultan berhasil menaklukan
wilayah-wilayah seprti Natal, Pasaman, Tiku, Pariaman. Dengan ini wliayah
kekuasaan Aceh akan semakin luas serta dapat menambah tersedianya hasil alam
yang laku dijual dipasaran. Wilayah-wilayah tersebut umumnya di berikan kepada
orang-orang yang dipercayai Sultan untuk mengurus wilayah tersebut. Belanda sendiri pun belum mau memusaatkan
perhatiannya kepada Aceh setelah Aceh berhasil memukul mundur Portugis. Belanda
berfikir bahwa Aceh merupakan kerajaan yang kuat. Selain itu pertikaian yang
berlangsung antara Aceh dengan Johor merupakan keuntungan tersendiri bagi
Belanda maupun Portugis. Belanda juga ingin membantu Johor untuk melawan Aceh
dan dujadikan sebagai sekutu. Setelah berpikiran bahwa perseteruan itu dapat
membendung pergerakan Portugis dan belanda dapat menguasai Malaka.
Saat Aceh mengetahui
bahwa Johor bersekutu dengan Belanda, Maka Aceh berniat untuk melakukan
penyerangan terhadap Johor. Pada tahun 1612 Aceh berhasil mengalahkan
Johor,pada saat itu Sultan Alauddin dari Johor berhasil melarikan diri.
Sebaliknnya Raja Bungsu ditangkap tertangkap juga Raja Siak,ipar Alauddin. Banyak perwira dan orang-orang
bangsawan tertangkap dan dibawa ke Aceh sebagai tawanan. Terdapat orang-orang belanda juga yang
bertugas di pos dagang di Johor. Perkembangan selanjutnya adalah sultan
membebaskan Raja bungsu yang dianggap tida berpihak pada Portugis dan ia juga
,mengikuti perintah Aceh. Sultan juga menikahkannya dengan adhiknya supaya
terjalin lebih erat. Semenjak itu Johor menjad daerah kekuasaan Aceh. Pada tahun
1615 sultan memerintahkan untuk menyerang Malaka, namun pada saat itu
portugis sudah siap sehingga serangan Aceh dapat dihentikan.
Serangan terbesar
Aceh ke Malaka terjadi pada tahun 1629. Pasukan Aceh yang saat itu berkekuaatan
236 kapal denagn 20.000 prajurit. Pertemperan melawan Portugis dimalaka itu
sangat berlangsung lama yang menimbulkan
banyak korban,pasukan Aceh dapat mengepung Portugis di Malaka hingga
berbulan-bulan. Namun penyerangan di Aceh mengalami kekalahan akibat lemah
pengawasan dari daerah luar (laut)
sehingga muncul banyak bala bantuan dari pihak Portugis diantaranya dari Pahang
dan juga dari Goa. bahkan kapal besar Aceh pun berhasil dikuasai dan pada saat
itu Aceh mengalami kekalahan yang hebat dan menderita banyak korban. Pada saat
itulah Aceh megalami guncangan hebat,karena kalah atas peperangan melawan
Portugis.
Selatah kekalahan
tersebut pada 1636 Sultan Iskandar Muda mangkat dari jabatannya dan dingantikan
oleh menantunya yaitu Iskandar Tsani yang tidak lain adalah menantunya. Sumber
dari barat menyebutkan bahwa lima belas hari sebelum mangkatnya, sultan
menghukum putranya sendiri. Putra tersebut dituduh berkelakuan jahat dan tak
dapat dikendalikan. Ada yang mengatakan hukuman mati tersebut dijalankan karena
putra sultan telah melakukan perzinaan dengan seorang istri penduduk yang
kemudian dengan diperlakukannya hukum islam maka putra tersebut dibunuh. Pada
masa pemeritah Sultan Iskandar Tsani inilah Aceh mengalami perkembangan dalam
ilmu penegtahuan keagamaan.
Pada dasarnya
pemerintahan yang dipimpin Sultan iskandar muda mengandung program perluasaan wilayah sebagai
berikut :pertama, menguasai seluruh negeri dan pelabuhan disekitar Selat Malaka. Kedua, mengalahkan
Johor supaya tidak tidak dapat lagi ditunggangi oleh Belnda maupun Portugis.
Ketiga, mengalahkan Porutgis dan menaklukan Malaka.keempat, mengalahkan
negeri-negeri disebelah timur Malaya,sejauh merugikan perdagangan Aceh dan mencapai
kemengan dari musuh seperti Pahang dan patani.
Kelima, menaikkan harga jual hasil bumi untuk ekspor dengan jalan memusatkan
pelabuhan samudera di Aceh atau mengadakan pengawasan yang ketat sedemikian
rupa sehingga kepentingan Raja tidak dirugikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar