Selasa, 15 Januari 2013

Menengok Pabrik Gula : Sebagai Wisata Edukatif bagi Masyarakat


Peran perekonomian Indonesia saat ini tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ekonomi awal  negeri ini, terutama pengaruh kolonial yang masuk dan mempengaruhi kondisi masyarakat. Terutama pada sector pengelolahan sistem ekonomi produksi.  Perkembangan ekonomi dewasa ini ternyata sudah berlangsung lama perkembangannya dari sektor agraris terutama sudah banyak dikembangankan sejak pada masa kolonial. Diantaranya pengenalan-pengenalan tanaman-tanaman hasil eksport yang banyak saat itu banyak menguntungkan pihak kolonial. Bisa dibayangkan memang, kondisi Hindia Belanda saat itu memang memiliki iklim dan tanah yang subur untuk sektor pertanian. Pada masa kolonial pengenalan tamanam eksport diantaranya adalah tanaman kopi, gula dan nila, pengenalan tamanan ini ditandai dengan sistem Tanam Paksa (Cultuure Stelsel) pada tahun 1830, yang dipimpin oleh Van Den Boch (lihat Soehartono, Bandit-Bandit Sosila di Pedesaan Jawa). Dengan adanya kebijakan tersebut, selanjutnya mulai dilakukan perluasan-perluasan lahan tanaman hasil eksport yang dikehedaki oleh Kolonial. Kebijakan ini, memberikan keuntungan yang besar bagi pemerintah Hindia Belanda  System kebijakan ini mulai dihapus, karena banyak ditentang oleh pemerintah Kolonial baik yang ada di Batavia (Jakarta) maupun pemerintah pusat dalam hal ini Negara induk (Belanda) [erdebatan ini berlangsung antara kelompok konservatif yang ingin mempertahankan kebijakan ini, dengan kelompok reliberal yang menentang, karena menganggap kebijakan Taman Paksa tidak manusiawi. Kebijakan sistem tanam paksa kemudian dihapus, serta digantikan dengan peraturan baru pemerintah pada tahun 1870an, yaitu titetapkannya UU Gula atau UU Agraria. Pada peraturan ini meulai diterapkannya sistem ekonomi liberal, dimana pihak swasta dapat mengabil bagian dalam perkembangan ekonomi kolonial pada masa itu. Pada masa inilah perkembangan di Hindia Belanda menjadi pesat dengan ditandai adanya perkembangan disegala sektor, salah satunyanya adalah sarana transportasi kereta api, perubahan transportasi dari Trandisional ke Modern ini, kemudian mempengaruhi keadaan Hindia Belanda. Selain perkembangan transportasi tersebut, berkembang pula prabrik-pabrik dengan sekala masal yang memproduksi barang-barang ekbutuhan eksport salah satunya adalah munculnya pabrik-pabrik gula baru yang ada dibeberapa tempat, salah satunya di Jawa Timur yang memiliki wilayah perkebunan tebu terluas di Jawa.
Perkembangan industri gula pada abad ke 19 menunjukan peningkatan yang signifikan, hal ini sebagai dampak ekonomi liberal yang diterapkan oleh pemrintah Kolonial , sehingga modal swasta baik lokal maupun asing ikut berperan dalam perekonomian saat itu. Dalam pengaruhnya terhadap masyarakat pribumi, berekmbangannya industri gula di Hindia Belanda juga menjadi lahan baru untuk bekerja pada sekotr tersebut. Karena pada abad akhir abad ke 19, dimana ekonomi kolonial semakin bergeliat, urbanisasi yang dilakukan oleh masyarakat desa ke kota unutk mencari pekerjaan diantaranya adalah seagai kuli angkat tebu di pabrik-pabrik pengolahan gula. Kondisi ini nampak pada kota Surabaya dimana banyak orang yang berurbaniasi ke kota sebagai konsekuensi dari banyaknya pilihan pekerjaan dikota. Menjadi kuli angkut di pabrik maupun perkebunan tebu menjadi pilihan, karena pekerjaan tersebut tidak banyak menuntut keahlian khusus serta bisa dilakukan siapa saja. Penyerapan tenaga kerja yang begitu banyak pada sektor industri gula membuktikan bahwa gula, menjadi ekononi penting dalam masyarakat kolonial pada saat itu, baik bagi pemerintahaan Hindia Belanda maupun masyarakat pribumi. Kondisi ekonomi pada sektor industri gula pada masa kolonial mulai mengalami penurunan pada peretngaan abad ke 20, ditandaidengan krisis yang melanda indonesia pada tahun 1945-1950, sebagai dampak dari perang yang berlangsung dan perebutan kemerdakaan yang menghabiskan banyak tenaga dan ekonomi.
Pada masa era Proklamasi eksistensi Gula sebagai kebutuhan pokok bagi masyarakat mulai meningkat kembali. Gula juga masuk dalam Sembilan bahan Pokok masyakarat. Hal ini menunjukan bahwa peranan gula dalam mencukupi kebutuhan masyarakat mempunyai peran fital. Maka pada saat itu upaya untuk meningkatkan Produksi Gula pemerintah melakukan upaya intensif guna mencukupi kebutuhan gula nasional. Maka pada saat ini, mulai dibangun beberapa teknologi guna menunjang hasil produksi dalam negeri maupununtuk beutuhan ekport. Peningkatan teknologi yang dilakukan juga dibarengi oleh dibukannya lahan-lahan tebu untuk peningkatan produksi. Penambahan-penambahan ini kemduian juga bertamapak positif bagi masyarakat terutama bagi terbukanya peluang ekonomi bagai masyarakat agraris untuk menjadi petani tebu. Upaya ini tentu mempunyai fungsi ganda dalam usaha pemerintah untuk memakmurkan rakyat. Pertama, sebagai pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, yang kedua sebagai peluang lapangan pekerjaan bagi petani-petani tebu.
Namun upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dengan salah satunya adalah nasionalisasi perusahaan Asing untuk dikuasai negera. Sebagai upaya untuk mensejahterakan masyarakat indonesia. Kondisi perbaikan dengan upaya tersebut ternyata mengalami penurunan, dengan semakin menurunnya produksi tebu, serta masuknya industri gula eksport di pasaran yang merugikan pabrik, serta khususnya petani tebu. Selain itu upaya pemerintah untuk merepakan bea cukai yang tinggi pada tebu juga semakin mempengaruhi produksi tebu nasional. Kemerosotan ini kemudian membuat para petani enggan untuk menanam tebu sebegai komoditi pertanian. Hingga saat ini,peran Indonesia negera pengeksport tebu mulai meredup. Bahkan kekurangan dalam mencukupi kebutuhan dalam negeri. Mengingat peran vital ini, serta dalam meningkatkan kepedulian masyarakat akan produksi gula, perlu adanya sosialisasi dan proses pembejaran bagi generasi muda tentang pentingnya peran tanaman tebu, serta pabrik yang mengolahkan dalam dinamika kehidupan masyarakat. serta tak lupa proses panjang perjalanan tebu sebagai ekonomi bangsa tentu perlu ditingkatkan dan disosialisasikan kepada masyarakat.
Untuk itu, perlu kiranya untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai peran peting gula pada masyarakat, upaya tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain, mengembangakan potensi wisata pabrik gula yanga ada di indoensia khususnya di jawa timur. Pabrik gula yang terdapat beberapa tempat, umumnya memiliki usia yang sudah cukup lama, artinya pabrik-pabrik gula saat ini yang sedang beroperasi beberapa diantaranya adalah warisan kolonial. Pabrik- pabrik inilah nantinya dapat dikembangan sebagai sarana  wisata rekreasi sejarah bagi masyarakat umum. Dalam menunjang peran wisata sejarah pada pabrik-pabrik gula warisan kolonial ini, perlu digunakan beberapa metode untuk menyukseskan wisata tersebut.
Pertama, memperkenalakan wisata sejarah kepada anak-anak SD, dengan sistem Praktek Kerja Lapangan. Dalam praktek kerja ini, nantinya anak-anak sekolah dasar diberi wawasan mengenai seluk beluk didalam pabrik, seperti contoh pengenalan alat-alat pabrik yang digunakan oleh pabrik gula tersebut pada masa kolonial. Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi pabrik gula pada masa itu,serta dapat membedakannya dengan teknologi yang digunakan oleh pabrik pada masa sekarang. karena pembelajaran dengan metode praktek ini, menarik untuk dilakukan kiranya, mengingat saat ini kencendurungan siswa belajar hanya menggunakan teori-teori yang diperkenalakan oleh gurunya sehingga terkesan jenuh. Selain itu pada masa pertumbuhan anak-anak mereka senang melakuan aktifitas diluar rumah, seperti bermain, dan sebagainya. Hal inilah nantinya akan akan memberikan peluang yang menarik pada  anak-anak dengan menggunakan praktek secara langsung. Dengan pengenalan berbagai alat tadi, juga dapat merangsang anak untuk memainkan imajinasi mereka terhadap persitiwa yang telah berlalu dengan menginterprestasi pada masa kini. Dalam praktek langsung siswa juga dapat belajar secara ekploratif mengenai kondisi pabrik gula dari masa ke masa.
Kedua, untuk memberikan rasa sense of belonging kepada masyarakat umum, khususnya anak-anak muda, dalam mengeksistensikan kembali pabrik gula sebagai wisata sejarah, dapat juga kita memberikan peluang berbasis kompetens semisal di adakannya fotografi di area Pabrik gula tersebut. Hal ini sebagai tujuan agar menarik minat generasi muda umumnya yang meminati bidang pemotretan dapat berkontribusi dalam lomba ini. Nantinya hasil karya-karya lomba akan dipublikasikan didalam pameran-pameran foto yang diselenggarakan oleh pameran-pameran foto umum, oleh perusahaan. Agar potensi pabrik gula sebagai sarana wisata sejarah dapat diapresiasi oleh masyarakat secara luas. Fotografi ini selain sebagai media promosi juga dapat sebagai sumber arsip keadaan yang tentunya akan berguna dimasa yang akan datang.Terakhir, untuk dapat memaksimalkan kedua solusi yang terdapat pada uraian diatas, perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana juga harus dibangun oleh pemilik Prabik gula, semisal menyimpan benda-benda atau alat-alat produksi yang sudah tak terpakai pada ruangan khusus, atau memberikan tempat semacam museum industri pabrik tersebut. Dengan menggunakan penambahan  prasarana pada pabrik gula semacam museum tersebut nantinya juga akan dapat menarik pengunjung lebih banyak untuk datang berkungjung selain dapat melihat proses pengolahan tebu yang masih beroprasi, kemudian menambah wawasanya dengan berkunjung kesalah satu bagian pabrik tersebut, yaitu museum.






4 komentar:

  1. saya kira ini pantas untuk diikutkan dalam lomba menulis esai yg kmren sampean bicarakan mas...

    BalasHapus
  2. Terima kasih koreksinya Mbak Dwi. Tidak seperti tulisan lain, tulisan ini ditujukan untuk mengikuti lomba dengan bahasa yang "diperhalus" dan tidak memperkuat dalam data. Salam

    BalasHapus