Peran
perekonomian Indonesia saat ini tidak dapat dipisahkan dari perkembangan
ekonomi awal negeri ini, terutama
pengaruh kolonial yang masuk dan mempengaruhi kondisi masyarakat. Terutama pada
sector pengelolahan sistem ekonomi produksi.
Perkembangan ekonomi dewasa ini ternyata sudah berlangsung lama
perkembangannya dari sektor agraris terutama sudah banyak dikembangankan sejak
pada masa kolonial. Diantaranya pengenalan-pengenalan tanaman-tanaman hasil
eksport yang banyak saat itu banyak menguntungkan pihak kolonial. Bisa
dibayangkan memang, kondisi Hindia Belanda saat itu memang memiliki iklim dan
tanah yang subur untuk sektor pertanian. Pada masa kolonial pengenalan tamanam
eksport diantaranya adalah tanaman kopi, gula dan nila, pengenalan tamanan ini
ditandai dengan sistem Tanam Paksa (Cultuure Stelsel) pada tahun 1830, yang
dipimpin oleh Van Den Boch (lihat Soehartono,
Bandit-Bandit Sosila di Pedesaan Jawa). Dengan adanya kebijakan tersebut,
selanjutnya mulai dilakukan perluasan-perluasan lahan tanaman hasil eksport
yang dikehedaki oleh Kolonial. Kebijakan ini, memberikan keuntungan yang besar
bagi pemerintah Hindia Belanda System
kebijakan ini mulai dihapus, karena banyak ditentang oleh pemerintah Kolonial
baik yang ada di Batavia (Jakarta) maupun pemerintah pusat dalam hal ini Negara
induk (Belanda) [erdebatan ini berlangsung antara kelompok konservatif yang
ingin mempertahankan kebijakan ini, dengan kelompok reliberal yang menentang,
karena menganggap kebijakan Taman Paksa tidak manusiawi. Kebijakan sistem tanam
paksa kemudian dihapus, serta digantikan dengan peraturan baru pemerintah pada
tahun 1870an, yaitu titetapkannya UU Gula atau UU Agraria. Pada peraturan ini
meulai diterapkannya sistem ekonomi liberal, dimana pihak swasta dapat mengabil
bagian dalam perkembangan ekonomi kolonial pada masa itu. Pada masa inilah
perkembangan di Hindia Belanda menjadi pesat dengan ditandai adanya
perkembangan disegala sektor, salah satunyanya adalah sarana transportasi
kereta api, perubahan transportasi dari Trandisional ke Modern ini, kemudian
mempengaruhi keadaan Hindia Belanda. Selain perkembangan transportasi tersebut,
berkembang pula prabrik-pabrik dengan sekala masal yang memproduksi
barang-barang ekbutuhan eksport salah satunya adalah munculnya pabrik-pabrik
gula baru yang ada dibeberapa tempat, salah satunya di Jawa Timur yang memiliki
wilayah perkebunan tebu terluas di Jawa.
Perkembangan
industri gula pada abad ke 19 menunjukan peningkatan yang signifikan, hal ini
sebagai dampak ekonomi liberal yang diterapkan oleh pemrintah Kolonial ,
sehingga modal swasta baik lokal maupun asing ikut berperan dalam perekonomian
saat itu. Dalam pengaruhnya terhadap masyarakat pribumi, berekmbangannya
industri gula di Hindia Belanda juga menjadi lahan baru untuk bekerja pada
sekotr tersebut. Karena pada abad akhir abad ke 19, dimana ekonomi kolonial
semakin bergeliat, urbanisasi yang dilakukan oleh masyarakat desa ke kota unutk
mencari pekerjaan diantaranya adalah seagai kuli angkat tebu di pabrik-pabrik
pengolahan gula. Kondisi ini nampak pada kota Surabaya dimana banyak orang yang
berurbaniasi ke kota sebagai konsekuensi dari banyaknya pilihan pekerjaan
dikota. Menjadi kuli angkut di pabrik maupun perkebunan tebu menjadi pilihan,
karena pekerjaan tersebut tidak banyak menuntut keahlian khusus serta bisa
dilakukan siapa saja. Penyerapan tenaga kerja yang begitu banyak pada sektor
industri gula membuktikan bahwa gula, menjadi ekononi penting dalam masyarakat
kolonial pada saat itu, baik bagi pemerintahaan Hindia Belanda maupun masyarakat
pribumi. Kondisi ekonomi pada sektor industri gula pada masa kolonial mulai
mengalami penurunan pada peretngaan abad ke 20, ditandaidengan krisis yang
melanda indonesia pada tahun 1945-1950, sebagai dampak dari perang yang
berlangsung dan perebutan kemerdakaan yang menghabiskan banyak tenaga dan
ekonomi.
Pada
masa era Proklamasi eksistensi Gula sebagai kebutuhan pokok bagi masyarakat
mulai meningkat kembali. Gula juga masuk dalam Sembilan bahan Pokok masyakarat.
Hal ini menunjukan bahwa peranan gula dalam mencukupi kebutuhan masyarakat
mempunyai peran fital. Maka pada saat itu upaya untuk meningkatkan Produksi
Gula pemerintah melakukan upaya intensif guna mencukupi kebutuhan gula
nasional. Maka pada saat ini, mulai dibangun beberapa teknologi guna menunjang
hasil produksi dalam negeri maupununtuk beutuhan ekport. Peningkatan teknologi
yang dilakukan juga dibarengi oleh dibukannya lahan-lahan tebu untuk
peningkatan produksi. Penambahan-penambahan ini kemduian juga bertamapak
positif bagi masyarakat terutama bagi terbukanya peluang ekonomi bagai
masyarakat agraris untuk menjadi petani tebu. Upaya ini tentu mempunyai fungsi
ganda dalam usaha pemerintah untuk memakmurkan rakyat. Pertama, sebagai
pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, yang kedua sebagai peluang lapangan
pekerjaan bagi petani-petani tebu.
Namun
upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dengan salah satunya adalah
nasionalisasi perusahaan Asing untuk dikuasai negera. Sebagai upaya untuk
mensejahterakan masyarakat indonesia. Kondisi perbaikan dengan upaya tersebut
ternyata mengalami penurunan, dengan semakin menurunnya produksi tebu, serta
masuknya industri gula eksport di pasaran yang merugikan pabrik, serta
khususnya petani tebu. Selain itu upaya pemerintah untuk merepakan bea cukai yang
tinggi pada tebu juga semakin mempengaruhi produksi tebu nasional. Kemerosotan
ini kemudian membuat para petani enggan untuk menanam tebu sebegai komoditi
pertanian. Hingga saat ini,peran Indonesia negera pengeksport tebu mulai
meredup. Bahkan kekurangan dalam mencukupi kebutuhan dalam negeri. Mengingat
peran vital ini, serta dalam meningkatkan kepedulian masyarakat akan produksi
gula, perlu adanya sosialisasi dan proses pembejaran bagi generasi muda tentang
pentingnya peran tanaman tebu, serta pabrik yang mengolahkan dalam dinamika
kehidupan masyarakat. serta tak lupa proses panjang perjalanan tebu sebagai
ekonomi bangsa tentu perlu ditingkatkan dan disosialisasikan kepada masyarakat.
Untuk
itu, perlu kiranya untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai
peran peting gula pada masyarakat, upaya tersebut dapat dilakukan dengan
berbagai cara antara lain, mengembangakan potensi wisata pabrik gula yanga ada
di indoensia khususnya di jawa timur. Pabrik gula yang terdapat beberapa
tempat, umumnya memiliki usia yang sudah cukup lama, artinya pabrik-pabrik gula
saat ini yang sedang beroperasi beberapa diantaranya adalah warisan kolonial.
Pabrik- pabrik inilah nantinya dapat dikembangan sebagai sarana wisata rekreasi sejarah bagi masyarakat umum.
Dalam menunjang peran wisata sejarah pada pabrik-pabrik gula warisan kolonial
ini, perlu digunakan beberapa metode untuk menyukseskan wisata tersebut.
Pertama,
memperkenalakan wisata sejarah kepada anak-anak SD, dengan sistem Praktek Kerja
Lapangan. Dalam praktek kerja ini, nantinya anak-anak sekolah dasar diberi
wawasan mengenai seluk beluk didalam pabrik, seperti contoh pengenalan
alat-alat pabrik yang digunakan oleh pabrik gula tersebut pada masa kolonial.
Hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kondisi pabrik gula pada
masa itu,serta dapat membedakannya dengan teknologi yang digunakan oleh pabrik
pada masa sekarang. karena pembelajaran dengan metode praktek ini, menarik
untuk dilakukan kiranya, mengingat saat ini kencendurungan siswa belajar hanya
menggunakan teori-teori yang diperkenalakan oleh gurunya sehingga terkesan
jenuh. Selain itu pada masa pertumbuhan anak-anak mereka senang melakuan
aktifitas diluar rumah, seperti bermain, dan sebagainya. Hal inilah nantinya akan
akan memberikan peluang yang menarik pada
anak-anak dengan menggunakan praktek secara langsung. Dengan pengenalan
berbagai alat tadi, juga dapat merangsang anak untuk memainkan imajinasi mereka
terhadap persitiwa yang telah berlalu dengan menginterprestasi pada masa kini. Dalam
praktek langsung siswa juga dapat belajar secara ekploratif mengenai kondisi
pabrik gula dari masa ke masa.
Kedua,
untuk memberikan rasa sense of belonging
kepada masyarakat umum, khususnya anak-anak muda, dalam mengeksistensikan
kembali pabrik gula sebagai wisata sejarah, dapat juga kita memberikan peluang
berbasis kompetens semisal di adakannya fotografi di area Pabrik gula tersebut.
Hal ini sebagai tujuan agar menarik minat generasi muda umumnya yang meminati
bidang pemotretan dapat berkontribusi dalam lomba ini. Nantinya hasil
karya-karya lomba akan dipublikasikan didalam pameran-pameran foto yang
diselenggarakan oleh pameran-pameran foto umum, oleh perusahaan. Agar potensi
pabrik gula sebagai sarana wisata sejarah dapat diapresiasi oleh masyarakat
secara luas. Fotografi ini selain sebagai media promosi juga dapat sebagai
sumber arsip keadaan yang tentunya akan berguna dimasa yang akan datang.Terakhir,
untuk dapat memaksimalkan kedua solusi yang terdapat pada uraian diatas,
perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana juga harus dibangun oleh pemilik
Prabik gula, semisal menyimpan benda-benda atau alat-alat produksi yang sudah
tak terpakai pada ruangan khusus, atau memberikan tempat semacam museum industri
pabrik tersebut. Dengan menggunakan penambahan prasarana pada pabrik gula semacam museum
tersebut nantinya juga akan dapat menarik pengunjung lebih banyak untuk datang
berkungjung selain dapat melihat proses pengolahan tebu yang masih beroprasi,
kemudian menambah wawasanya dengan berkunjung kesalah satu bagian pabrik
tersebut, yaitu museum.
saya kira ini pantas untuk diikutkan dalam lomba menulis esai yg kmren sampean bicarakan mas...
BalasHapusterima kasih
BalasHapussyg kurang lengkap datanya.
BalasHapusTerima kasih koreksinya Mbak Dwi. Tidak seperti tulisan lain, tulisan ini ditujukan untuk mengikuti lomba dengan bahasa yang "diperhalus" dan tidak memperkuat dalam data. Salam
BalasHapus