Pada
hari Jumat, 28 Juni 2013 jurusan Ilmu Sejarah Unair mengadakan bedah buku
dengan tema menarik yakni membahas mengenai simbolisasi monumen bagi
masyarakat. Buku karya dosen Ilmu Sejarah Johny A. Khusayri ini berjudul “ Climates of Maening: Monuments of Coen,
Deandles and van Heutsz”. Tiga gubernur jendral yang pernah memerintah pada
masa Hindia-Belanda memiliki andil besar
dalam politik kolonial pada waktu itu, khususnya berperan besar dalam
perekonomian negeri induk Belanda. Patung ketiganya pernah didirikan di
Indonesia dan di negeri Belanda di gedung NHM (Nederlandche Handel-Maatschappij) suatu
perusahaan besar di Belanda.
J.P.
Coen sebagai gubernur Jendral telah menetapkan Batavia (Jakarta) sebagai pusat
adminitrasi yang hingga kini diteruskan oleh Indonesia. Sedang H.W. Deandels
berperan dalam mengubah admintrasi birokrasi pemerintahan sebelumnya dan
meninggalkan karya besar bagi kita yakni membangun jalur Utara jawa
(Anyer-Panarukan) yang dikenal sebagai Jalan raya Post. Meski Deandles dianggap
sebagai penghianat karena mewakili Prancis jasanya yang besar menjadikan
patungnya diabadikan digedung NHM. Van
Huestz berjasa dalam membuka jalur pelayaran serta menaklukan Aceh yang
merupakan musuh terkuat dalam penaklukan kolonial di Indonesia.
Suatu
monumen dalam perkembangnnya kemudian menimbulkan berbagai polemik dari sudut
pandang zaman yang berbeda. Hal ini dapat dilihat pada ketiga monumet tersebut
yang kemduian dihancurkan atau dihilangkan pada masa pendudukan Jepang dan
setelah kemerdekaan. Hal ini menandai bahwa ada suatu kompromi dalam masyarakat
dalam memandang patung tersebut. Patung yang dulu megah berdiri pada masa
kolonial kemudian diturunkan setelah kolonial Belanda tidak berkuasa lagi. Monumen bila melihat kondisi ini dapat dikatakan
sebagai proses pembetukan memori kolektif baru. Ingatan masyarakat dalam setiap
pembentukan sebuah monumet sengaja dibentuk untuk mempengaruhi suatu paradigma
baru. Termasuk dalam pengahuncuran ketiga tokoh kolonial ini adalah dekontruksi
masyrakat yang telah merdeka.
Yang
menarik buku yang dibedah ini adalah padangan masyarakat Belanda mengenai
ketiga tokoh diatas. Sebagian masyarakat yang ada membenci ketiga orang
tersebut karena membuat malu kampung halaman mereka. Ya, gelombang protes
banyak terjadi pada masyakat yang mempunyai tempat tinggal sama dengan para
tokoh tersebut. Seperti Coen yang tinggal di Hoorn kota kecil di Belanda,
sebagain penduduk dalam setiap peringatan
mengenai tokoh tersebut melempari patung-patung tersebut dengan
benda-benda yang mempunyai simbol keburukan.
Monumen
dapat dijadikan perlambang suatu penanda adanya sebuah peristiwa besar dalam
sejarah. Pendiriannya memang sengaja diciptakan untuk membentuk suatu ingatan
dalam masyarakat. Akan tetapi sering dilupakan bahwa sebuah monumen memiliki
pemaknaan yang bergeser dalam suatu masyarakat
yang mewakili setiap jaman yang berbeda. Perubahan yang terus menerus
terjadi membuat studi mengenai simbol sebuah monumen menarik untuk dikaji lebih
lanjut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar